Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemilihan umum Perdana Menteri Malaysia telah dilangsungkan hari Rabu (9/5) dengan hasil mencengangkan. Mahathir Mohammad kembali terpilih sebagai Perdana Menteri, mengalahkan Najib Razak.
Kemenangan Mahathir ini juga menjadi fase bersejarah baru bagi Malaysia. Ini adalah pertama kalinya Barisan Nasional gagal memperoleh tampuk kekuasaan sejak kemerdekaan Malaysia di 1957. "Kemenangan oposisi di pemilu parlemen menandai masa depan yang belum terprediksi bagi Malaysia," ujar Anushka Shah, Vice President, Senior Analyst Moody's Investor Service, dalam keterangan resmi, kemarin (10/5).
Ada kekhawatiran, hasil pemilu Malaysia juga mempengaruhi pasar Indonesia. Namun tidak seperti hasil pemilu Amerika Serikat yang kemudian berdampak ke pasar, analis meyakini hasil pemilu Malaysia tidak berdampak ke Indonesia. “Pemilu Malaysia tentu urusan internal dalam negeri Malaysia, untuk investasi ke luar tidak ada efeknya,” ujar Kiswoyo Adi Joe, Kepala Riset Narada Kapital Indonesia, Kamis (10/5).
Untuk sektor sawit, misalnya, hasil pemilu Malaysia tidak akan berdampak bagi emiten-emiten sawit Indonesia. Justru pemerintahan baru Malaysia malah mungkin akan bergabung dengan Indonesia untuk menentang penolakan Uni Eropa terhadap produk-produk sawit. “Selama ini yang terang-terangan menentang adalah Indonesia, nanti kalau Malaysia bergabung ikut menentang malah bagus bagi sawit. Uni Eropa kan pasti berpikir dua kali melawan dua negara penghasil CPO terbesar,” ujar Kiswoyo.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar. Menurut dia, hasil pemilu Malaysia tidak akan memberi efek bagi pasar modal Indonesia.
Kedua analis menyatakan, yang menjadi fokus pasar saat ini adalah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) yang akan dilaksanakan tanggal 16 Mei mendatang. BI, menurut William, pasti akan menaikkan suku bunga lantaran rupiah masih keteteran. Tapi, belum jelas seberapa tinggi suku bunga akan naik. Pelaku pasar memprediksi suku bunga naik 25 basis poin (bps) atau 50 bps.
Jika BI menaikkan suku bunga, dalam jangka pendek IHSG akan tertekan. " Namun dalam jangka menengah panjang IHSG berpeluang menguat," kata William.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News