Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini akan melakukan pembayaran dividen saham. Namun, sebenarnya harga saham blue chip ini masih dalam tren melemah. Apakah saham blue chip ini layak dibeli?
Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman bertahun-tahun di pasar modal. Saham blue chip biasanya memiliki fundamental kuat dan kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.
Di BEI, saham blue chip biasanya adalah saham yang menjadi anggota indeks mayor seperti LQ45. Salah satu anggota LQ45 yang baru saja mengumumkan pembayaran dividen saham adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Manajemen BBRI pada Senin (16/12) telah mengumumkan pembagian dividen interim untuk tahun buku 2024 senilai Rp 135 per lembar saham, atau setara 45% dividend payout ratio dari perolehan laba bersih BBRI di sembilan bulan pertama tahun 2024 yang sebesar Rp 45,06 triliun.
Baca Juga: Besok (18/12) Diumumkan, Cek Prediksi UMK 2025 Tangerang-Tangsel-Serang-Cilegon-Lebak
Adapun tanggal cum dividen ditetapkan pada 24 Desember 2024. Kemudian, jadwal pembayaran dividen saham BBRI pada 15 Januari 2025.
Pembayaran dividen interim saham BBRI yang senilai Rp 135 per lembar saham, melebihi ekspekstasi para analis sebelumnya.
Pasalnya, nilai dividen interim tersebut lebih tinggi 61% dibandingkan dividen interim yang dibagikan oleh BBRI pada Desember 2023 sebesar Rp 84 per saham. Sejalan dengan itu tren pergerakan saham bank wong cilik ini juga menguat 1,92% pada penutupan perdagangan Senin (16/12) dan ditutup di Harga Rp 4.250
Namun dalam sebulan terakhir, harga saham BBRI terakumulasi masih turun 100 poin atau 2,30%. Kemudian, sejak awal tahun 2024 hingga kemarin atau secara year to date (ytd), terakumulasi susut 1.425 poin atau 25,11%.
Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya menyatakan, dividen interim yang diumumkan BBRI tersebut melebihi ekspektasinya. Berdasarkan perhitungannya, imbal hasil dividen interim mencapai 3,2%, dengan rasio pembayaran diperkirakan sekitar 45% dari laba di sembilan bulan pertama tahun 2024. Sebagai perbandingan, rasio pembayaran dividen interim tahun 2023 adalah 29% dari laba sembilan bulan pertama tahun 2023.
"Untuk full year 2024, kami memperkirakan rasio pembayaran setahun penuh sebesar 80%, yang berarti estimasi dividen setahun penuh sebesar Rp325 per saham, yang menawarkan total imbal hasil dividen sekitar 8%," ungkapnya kepada Kontan, Senin (16/12).
Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta juga menilai dividen yield BBRI menarik bagi investor saham. Ia juga menyebut pengumuman dividen interim tersebut mencerminkan komitmen dan konsistensi BBRI dalam membagikan dividen bagi para investor dan pelaku pasar.
"Tentunya ini akan menjadi pemanis bagi pergerakan harga saham BBRI yang sudah berpotensi masuk ke fase akumulasi. Di sisi lain dividen ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan bagi para pelaku investor terkait dengan komitmen good governance yang diterapkan oleh BRI," ungkapnya kepada Kontan, Senin (16/12).
Nafan merekomendasikan acumulative buy untuk saham BBRI dengan target harga di kisaran Rp 4.430 sampai dengan Rp 6.550.
Sebagai informasi, dalam laporan riset RHB Sekuritas, laba bersih BRI secara bank only per Oktober tercatat turun 8,2% YoY menjadi Rp4,1 triliun. Menurut Andrey, ini dipengaruhi oleh peningkatan biaya operasional dan provisi. Meskipun terjadi penurunan bulanan.
Laba kumulatif pada sepuluh bulan pertama 2024 tumbuh 5,3% YoY menjadi Rp45,7 triliun atau 74% dari dari estimasi setahun penuh grup, sedikit lebih tinggi dari tren historis. Sebagai perbandingan, Laba sampai Oktober 2023 mencapai 72% dari laba setahun penuh pada tahun sebelumnya.
Sementara itu pertumbuhan kredit dan pergeseran portofolio berdampak pada pendapatan bunga bersih (NII) dan margin bunga bersih (NIM) di bulan Oktober.
Pendapatan bunga menunjukkan pertumbuhan yang kuat secara yoy, namun NII turun 2,6% MoM, yang mencerminkan sedikit penurunan NIM menjadi 6,35% di sepuluh bulan pertama 2024, lebih rendah dibandingkan sembilan bulan pertama 2024 yang tumbuh 6,43%.
Analis menilai hal ini kemungkinan besar didorong oleh pergeseran bauran portofolio kredit, dimana kredit korporasi tumbuh lebih cepat dibandingkan kredit mikro yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.
Pertumbuhan kredit di bulan Oktober naik 0,8% MoM atau tumbuh 6,4% YoY. masih di bawah target manajemen untuk setahun penuh sebesar 10-12%, dengan rencana untuk mempercepat penyaluran kredit di bulan-bulan yang tersisa di tahun ini.
Baca Juga: Penjualan Makin Laris, Cek Harga Mobil BYD Atto, Dolphin & M6 Desember 2024
Selanjutnya: Penjualan Lahan Industri Bakal Tertekan Kenaikan UMP dan PPN 12% di Tahun 2025
Menarik Dibaca: Ini Kombinasi Warna Cat Plafon dan Dinding Cream
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News