Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar saham blue chip mencatatkan kenaikan harga pada tahun ini. Simak rekomendasi saham blue chip yang masih bagus untuk dikoleksi.
Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima, serta beroperasi selama bertahun lamanya. Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45.
LQ45 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Indeks LQ45 menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, laju indeks LQ45 sejak awal tahun tercatat naik 3,84%. Lebih jauh, sebanyak 22 saham mengalami kenaikan harga, lalu sebanyak 21 saham masih mengalami penurunan harga, dan 1 saham bergerak stagnan.
Menilik data Bloomberg, jika diurutkan dari sub sektornya pertumbuhan harga saham dipimpin sub sektor minyak, gas, dan batubara seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Lalu, sub sektor telekomunikasi yang berisikan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Selanjutnya berasal dari sektor barang baku yang berisikan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Timah Tbk (TINS). Kemudian, sub sektor bank dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Baca juga: Harga saham BANK (Bank Aladin) turun 24%, analis rekomendasi buy, simak penjelasannya
Sementara untuk saham yang mengalami penurunan harga, terbanyak berasal dari sub sektor barang baku. Terdapat 7 emiten dari sub sektor tersebut yang mencatatkan penurunan harga, antara lain PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).
Sementara, penurunan terdalam dicatatkan sub sektor konstruksi bangunan, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP). Masing-masing turun 32,99% dan 32,97% sejak awal tahun.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyebutkan kenaikan pada harga saham komoditas disebabkan transformasi energi dari fosil menjadi energi terbarukan yang belum bisa diadaptasi seluruhnya dalam waktu singkat.
Sehingga menurutnya, ada ekspektasi masih akan menggunakan energi fosil. "Itu yang mengakibatkan permintaan akan energi fosil mengalami kenaikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (24/10).
Simak rekomendasi saham lain di halaman selanjutnya