kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga timah naik, pendapatan TINS berpotensi tumbuh


Senin, 25 Februari 2019 / 21:08 WIB
Harga timah naik, pendapatan TINS berpotensi tumbuh


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) nampaknya masih bisa tumbuh pada tahun ini. Perusahaan tambang pelat merah ini berupaya meningkatkan produksi sebagai katalis.

TINS dalam waktu dekat akan menambah kapasitas produksi sekitar 5.000-10.000 ton per tahun. Untuk meningkatkan cadangannya, TINS akan membuka lokasi tambang terbuka di daerah Bangka Belitung, yang diperkirakan akan mulai beroperasi pada kuartal kedua 2019.

Analis BCA Sekuritas Aditya Eka Perkasa mengatakan, meskipun TINS membuka lokasi tambang baru, ia masih percaya bahwa kontributor utama produksi TINS masih akan datang dari penambangan lepas pantai yang bisa merangsang pertumbuhan produksi sebesar 11,2% sampai akhir tahun ini.

Selain itu, TINS juga dikabarkan akan mempercepat pelaksanaan program ekspansi bisnis ke luar negeri seperti di Nigeria serta mematangkan prospek kemungkinan ekspansi ke negera di sekitar Nigeria dan Myanmar.

Untuk melancarkan rencana ekspansi itu, anak usaha Inalum ini sudah menyiapkan belanja modal Rp 2,58 triliun. TINS akan menggunakan belanja modal ini untuk meningkatkan kapasitas operasi dan produksi.

Asal tahu saja, TINS masih memiliki cadangan aluvial sebesar 377.549 ton atau masih bisa bertahan sampai 10 tahun ke depan. Bahkan tambang timah milik TINS yang berlokasi di Nigeria memiliki cadangan mencapai 35.000 ton.

“Mengingat ekspor timah Indonesia saat ini masih tertahan, kami memperkirakan harga timah global akan terus meningkat,” kata Aditya dalam risetnya 4 Februari 2019. Ia menambahkan ini membuat ia menaikkan proyeksi harga timah sepanjang 2019 menjadi US$ 20.500 per ton dari asumsi sebelumnya US$ 20.000 per ton.

Dari segi pendapatan, Aditya meramal TINS sampai akhir tahun ini mampu tumbuh 19,5% atau menjadi Rp 12,57 triliun dibanding pendapatan tahun lalu sebanyak Rp 10,96 triliun. Proyeksi ini sejalan dengan asumsi volume dan harga timah yang lebih tinggi.

Ia berharap bahwa TINS mampu meningkatkan rasio pembayaran di atas 50% untuk mendukung Inalum membayar kembali akuisisi Freeport.

Aditya merekomendasikan hold untuk saham TINS dengan target harga seharga Rp 1.350 per saham sampai akhir tahun. Hari ini, harga saham TINS ditutup menguat 3,55% ke level Rp 1.605 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×