Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) berhasil membukukan laba bersih hingga September 2021. Padahal, periode yang sama tahun lalu perusahaan masih membukukan rugi bersih. Padahal, pendapatan TINS hingga September 2021 turun menjadi Rp 9,69 triliun. Angka itu turun 18,77% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 11,93 triliun.
Walau begitu, emiten plat merah itu mampu merealisasikan peningkatan laba bersih menjadi Rp 612,04 miliar. Realisasi itu tumbuh naik signifikan lantaran periode yang sama tahun lalu TINS masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 255,15 miliar.
Peningkatan pada bottom line salah satunya ditopang oleh harga timah yang sedang dalam tren bullish. Pada periode sembilan bulan pertama tahun 2021, harga rerata logam timah LME sebesar US$ 30.550, dengan level tertinggi pada US$ 37.600 dan di level terendah pada US$ 20.965.
Seiring kenaikan laba bersih, TINS mencatat peningkatan profitabilitas yang signifikan dengan capaian EBITDA hingga kuartal III-2021 sebesar Rp 1,81 triliun atau tumbuh 108% dari kuartal III-2020 sebesar Rp 870 miliar. EBITDA Margin sebesar 18,7% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar 7,3%.
Baca Juga: PPRE targetkan kontrak baru Rp 700 miliar-Rp 1 triliun hingga akhir tahun 2021
Sampai September 2021, perseroan mencatat gross profit margin sebesar 20,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 6%. Net profit margin sebesar 6,3% dari sebelumnya minus 2,1%. Lalu, debt to equity ratio sebesar 90,2% dari posisi akhir tahun lalu 141,9%, sedangkan arus kas operasional menjadi Rp 3,08 triliun dari September 2020 sebesar Rp3,67 triliun.
Dari sisi operasional, produksi bijih timah mencapai 17.929 ton atau turun 48% dari periode sembilan bulan pertama tahun 2020 sebesar 34.614 ton. Adapun, produksi dari penambangan barat berkontribusi sebesar 44% dan penambangan dari laut sebesar 56%.
Berbanding lurus dengan produksi bijih timah, produksi logam timah mencapai 19.120 metrik ton atau turun 49% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 37.588 metrik ton. Penurunan produksi bijih timah ini masih terkait dengan adanya pandemi Covid-19 dan dinamika penambangan bijih timah di darat.
Penjualan logam timah hingga kuartal III-2021 mencapai 19.059 metrik ton atau turun 58% dari sebelumnya sebesar 45.548 metrik ton. Meskipun volume penjualan menurun, perseroan mencatatkan harga jual rerata logam timah pada kuartal III-2021 sebesar US$ 30.158 per metrik ton atau naik secara signifikan sekitar 79% dari sebelumnya pada level US$ 16.832 per metrik ton.
Sampai dengan September 2021, Asia masih menjadi destinasi utama ekspor timah TINS dengan kontribusi 53%, disusul Eropa 31% dan Amerika 11%. Adapun 5 besar negara destinasi ekspor timah TINS secara berurutan adalah Korea Selatan 18%, Belanda 17%, Jepang 16%, Amerika Serikat 11% dan Italia 6%.
Baca Juga: Jual 100% saham anak usaha, ini kata manajemen Provident Agro (PALM)
Besarnya permintaan timah dari negara manufaktur di dunia diprediksi akan membuat harga logam timah masih bertahan di kisaran US$ 30 ribu per metrik ton sampai dengan akhir tahun 2021. Hal ini memberikan optimisme terhadap pencapaian kinerja TINS yang semakin memikat.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS, Wibisono menuturkan bahwa dengan asumsi volume eksploitasi bijih timah saat ini, perusahaan mampu menopang operasi penambangan di masa yang akan datang. Dalam rangka mempertahankan keberlangsungan bisnisnya, aktivitas eksplorasi atau penemuan cadangan baru terus dilakukan.
"Kami terus berupaya secara intensif untuk meningkatkan kemampuan dalam memproduksi bijih timah," ujarnya di Jakarta, Kamis (11/11).
Selanjutnya: Aneka Tambang (ANTM) mengoptimalkan produksi dan penjualan hingg tutup tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News