Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali akan bertemu untuk membahas peta jalan tahap selanjutnya dari pembicaraan perdaganagan mereka pada Selasa (11/12) waktu setempat, menjadi sentimen positif bagi harga komoditas, terutama tembaga.
Mengutip Bloomberg, Rabu (12/12), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) menguat paling tinggi di antara logam industri lain, yaitu naik 1,30% ke US$ 6.168 per metrik ton.
Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan meski permasalahan geopolitik tak kunjung reda an ekspor impor China mengalami penurunan, harga tembaga berhasil menguat karena merespons positif rencana AS dan China yang akan kembali bertemu.
AS dan China berencana membahas peta jalan tahap pembicaraan perang dagang yang berikutnya, setelah kedua negara tersebut setuju untuk menunda kenaikan tarif AS pada 1 Januari hingga 25% dari 10% pada US$ miliar barang-barang China.
"Pertemuan AS dan China sedikit mencairkan ketegangan kedua negara tersebut setelah ada masalah penangkapan Direktur Keuangan Huawei," kata Ibrahim, Rabu (12/12).
Penguatan harga tembaga saat ini, Ibrahim nilai hanya sementara. Sepekan ke depan Ibrahim memproyeksikan harga tembaga bergerak turun. Sentimen yang menekan adalah pelemahan pertumbuhan ekonomi global akibat perang dagang. Lihat saja, US Treasury AS terus menurun dan pasar memproyeksikan AS berpotensi terjadi resesi karena masalah perang dagang.
"Pelambatan ekonomi global akan mempengaruhi permintaan komoditas, terutama tembaga," kata Ibrahim. Sejak awal tahun, Ibrahim mengamati harga tembaga terus berada di kisaran US$ 6.000 per metrik ton, ini artinya harga tembaga stagnan.
Bahkan, hingga akhir tahun Ibrahim memproyeksikan harga tembaga akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Ibrahim mengamati di akhir tahun akan ada banyak peristiwa, seperti keputusan Brexit, anggaran Italia, dan proyeksi suku bunga The Fed. Hal tersebut yang menyebabkan harga tembaga bergerak fluktuatif dan permasalahan geopolitik tersebut akan menekan harga tembaga.
"Setelah pertemuan Parlemen Inggris, kemungkinan indeks dollar kembali menguat dan menjadi sentimen negatif bagi komoditas," kata Ibrahim.
Ibrahim memproyeksikan harga tembaga untuk perdagangan, Kamis (13/12) berpotensi bergerak ke US$ 6.150 per metrik ton hingga US$ 6.210 per metrik ton. Sedangkan, untuk sepekan harga tembaga diproyeksikan berada di US$ 6.000 per metrik ton hingga US$ 6.300 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News