kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga tembaga bisa naik jika pembangunan infrastruktur makin gencar


Jumat, 05 Juli 2019 / 11:18 WIB
Harga tembaga bisa naik jika pembangunan infrastruktur makin gencar


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga logam industri cenderung masih fluktuatif di sepanjang semester I-2019. Berdasarkan data Bloomberg per Jumat (28/6), harga tembaga untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tercatat naik tipis selama enam bulan pertama tahun ini, yakni 0,47% ke harga US$ 5.993 per metrik ton. 

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menilai, pergerakan harga tembaga dalam enam bulan pertama 2019 masih cukup baik. Meskipun diakui, meningkatnya eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, telah menekan harga logam industri.

Untungnya, kondisi tersebut disertai dengan pelemahan kurs dollar AS sekaligus meningkatnya harapan pelaku pasar akan kesepakatan dagang antara Negeri Paman Sam dan Negeri Tirai Bambu tersebut. Kurs dollar AS sempat merosot hingga 1,22% di kuartal II-2019 dan koreksi sekitar 0,07% dalam enam bulan pertama 2019. 

Di sisi lain, permintaan tembaga oleh China juga memiliki andil besar terhadap pergerakan harga tembaga di semester I-2019. Sedangkan China tengah terlibat negosiasi perang dagang dengan AS yang tak kunjung usai. 

Meskipun begitu, tren pelemahan dollar AS diharapkan masih mampu mengerek harga komoditas logam industri seiring pembangunan infrastruktur di dunia. "Harga tembaga juga bergantung pada kebijakan bank sentral AS, serta ancama perang dagang," kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (4/7).

Untuk semester II-2019 Wahyu meyakini permintaan tembaga masih akan bertumbuh. Konsumsi tembaga China mengindikasikan peningkatan. Faktor utamanya, sejalan dengan perkembangan negosiasi perdagangan antara AS dan China, yang memberikan kemudahan berbisnis dan mendorong permintaan domestik. 

Bahkan, tahun ini China diperkirakan akan menambah angka permintaan tembaga sebanyak 330 kilo metrik ton (kmt), meningkat dibandingkan permintaan sebelumnya yang hanya 220 kmt. Hal ini sejalan dengan kebijakan China untuk mendorong infrastrukturnya, seperti jaringan listrik.

Ditambah lagi, International Copper Study Group (ICSG) memperkirakan pasar tembaga global bakal mencatatkan defisit sebanyak 30.000 ton di sisa akhir 2019 ini. Wahyu memperkirakan hingga akhir tahun harga tembaga bakal bergerak pada rentang US$ 5.400 hingga US$ 7.400 per metrik ton. 

"Jika harga bertahan di atas US$ 5.700 per metrik ton, tren bullish akan berlanjut. Rekomendasinya bisa buy on weakness," jelas Wahyu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×