Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga Surat Utang Negara (SUN) jangka pendek perlahan mendaki. SUN seri FR022 yang jatuh tempo pada 15 September 2011 itu bisa dijadikan contoh. Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, harga SUN tersebut per 9 Agustus lalu mencapai 106,75 dengan imbal hasil (yield) 5,55%.
Harga obligasi jangka pendek merambat naik karena ada dua kebijakan baru. Pertama, keinginan pemerintah membatasi nilai penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN). Pemerintah berniat mengurangi porsi SPN secara bertahap, dari sebelumnya 18% menjadi 15% selama tiga tahun mendatang.
Kedua, aturan yang mempengaruhi harga obligasi jangka pendek adalah kebijakan Bank Indonesia (BI). Otoritas moneter kini mengharuskan waktu penempatan dana asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) minimal 28 hari.
Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas, menduga kebijakan itu akan mengerem pasokan baru surat utang berjangka pendek. Harga obligasi jangka pendek jadi naik karena para investor yang doyan menanamkan dana di efek utang jangka pendek masih dalam masa menyesuaikan diri dengan kebijakan baru tersebut.
I Made Adi Saputra, analis obligasi dari NC Securities berpandangan, dua aturan itu akan menekan yield obligasi jangka pendek. Itu berarti, harga obligasi jangka pendek akan naik. Namun Made yakin harga suatu obligasi akan kembali normal menjelang tanggal jatuh temponya.
Penurunan yield obligasi jangka pendek itu sudah terlihat dalam lelang surat berharga negara yang berlangsung 10 Agustus silam. Dalam lelang itu, pemerintah memasang yield SPN20110811 lebih rendah daripada yield Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Yield yang dimenangkan dalam lelang saat itu hanya 5,84%. Bandingkan dengan yield SBI berjangka waktu tiga bulan yang sebesar 6,7%, atau yield SBI enam bulan yang mencapai 6,75%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News