Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Proyeksi kenaikan suku bunga sebanyak dua kali itu, lebih cepat ketimbang perkiraan awal bahwa FFR baru akan dinaikkan pada 2024 mendatang. Ini sekaligus menjadi indikator arah kebijakan The Fed cenderung menjadi lebih hawkish atau ketat.
Adanya kemungkinan suku bunga yang akan naik ke depannya, maka tak menutup kemungkinan tapering atau pengurangan surat utang yang dikeluarkan pemerintah AS oleh The Fed, dilakukan lebih dahulu.
Pengumuman The Fed itu membuat indeks dolar AS melesat naik, tetapi penguatan itu memukul harga-harga komoditas yang mayoritas menggunakan mata uang dollar AS, termasuk emas.
"Jadi wajar kalau seandainya harga emas dan hampir semua komoditas turun, karena ekspetasi dari Bank Sentral AS itu 2 tahun ke depan atau 2023 akan menaikkan suku bunga 2 kali. Sehingga akibatkan fund-fund besar langsung melakukan taking profit," ujar Ibrahim kepada Kompas.com, dikutip Senin (21/6/2021).
Baca Juga: Harga emas menguat ke US$ 1.781 per ons troi usai imbal hasil obligasi AS tergelincir
Kendati demikian, Ibrahim meyakini pelemahan harga emas ini hanya bersifat sementara sebagai dampak dari The Fed. Ibrahim meyakini, pada pekan ini harga emas akan terus bergerak naik.
Menurut dia, investor akan kembali memilih emas sebagai aset lindung nilai (hedging), lantaran pemerintah AS masih akan menggelontorkan stimulus senilai 1,9 triliun dollar AS yang telah disahkan oleh senat AS pada Maret 2021 lalu.
Baca Juga: Tengah siang, harga emas spot masih bergerak naik menjadi US$ 1.774,83 per ons troi