Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Secara year to date (ytd), kenaikan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM, anggota indeks Kompas100) tidak terlalu fantastis jika dibandingkan dengan para pesaingnya. Per Rabu (7/3), harga saham TLKM naik 13,07% ytd. Sementara itu, harga saham PT XL Axiata Tbk (EXCL, anggota indeks Kompas100) naik 44,44% ytd, PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT, anggota indeks Kompas100) menguat 53,12%, dan harga PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) melejit 302,56% ytd.
Padahal, TLKM memiliki kapitalisasi pasar terbesar, yakni Rp 420,02 triliun. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan XL Axiata yang menjadi emiten operator telekomunikasi dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua sebesar Rp 30,57 triliun.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael Wilson Setjoadi menilai, kinerja saham TLKM terhambat pertumbuhan bisnis TLKM yang tersendat akibat kontribusi dari bisnis legacy (telepon dan SMS) masih tinggi.
Menurut dia, bisnis legacy masih berkontribusi sebesar 40% dari pendapatan Telkomsel yang merupakan anak usaha TLKM, sedangkan layanan data 60%. Sementara itu, pendapatan layanan data operator telekomunikasi lainnya sudah lebih dari 80%.
Meskipun begitu, menurut dia, belum maksimalnya pendapatan dari layanan data menjadi peluang bagi pertumbuhan pendapatan Telkomsel. “Bakal tetap migrasi ke layanan data pelan-pelan. Kontribusi layanan data Telkomsel bisa di atas 80% dalam satu tahun hingga dua tahun lagi,” kata dia saat dihubungi Kontan.co,id, Rabu (7/3).
Kemudian, hal yang akan menjadi hambatan bagi pertumbuhan kinerja Telkomsel ke depan adalah kompetisi dengan pemain lainnya. Saat ini, sebesar 50% pendapatan Telkomsel berasal dari Jawa dan 50% dari luar Jawa. Sementara itu, kontribusi pendapatan XL Axiata sebesar 84% dari Jawa dan baru 16% dari luar Jawa. “Telkomsel masih menjadi penguasa pasar di luar Jawa tapi kalau ketiga emiten lainnya ekspansi ini akan jadi risiko bagi Telkomsel,” ucap dia.
Oleh karena itu, menurut Michael, Telkomsel harus tetap bisa mempertahankan pasarnya di luar Jawa. Ia tetap merekomendasikan buy saham TLKM dengan target harga jangka panjang Rp 4.300 per saham. Per perdagangan Rabu (7/3), harga saham TLKM sebesar Rp 4.240 per saham.
Sebagai informasi, tahun ini TLKM telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 33 triliun. Belanja modal terbesar akan digunakan untuk ekspansi jaringan. Untuk sektor bisnis mobile, anggaran yang disiapkan sebesar 40%-50% dari total belanja modal. Sementara sisanya digunakan untuk bisnis non-mobile. Per kuartal 1-2019, TLKM telah menyerap capex Rp 7,26 triliun atau 22% dari total capex tahun ini.
Sepanjang triwulan pertama 2019, TLKM mencatatkan pendapatan Rp 34,84 triliun atau naik 7,73% secara tahunan dari sebelumnya Rp 32,34 triliun. TLKM juga membukukan kenaikan laba bersih 9% secara tahunan menjadi Rp 6,22 triliun dari Rp 5,73 triliun di kuartal I 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News