Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) dalam tren meningkat pesat hingga pertengahan Juli 2024 ini. Apakah saham milik konglomerat Indonesia, Garibaldi Thohir atau yang tenar dengan panggilan Boy Thohir ini layak dibeli atau malah dijual?
ESSA adalah perusahaan energi dan bahan kimia. Harga saham ESSA pada perdagangan Jumat 12 Juli 2024 ditutup di level 840 naik 10 poin atau 1,20% dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam perdagangan lima hari terakhir, harga saham ESSA terakumulasi naik 45 poin atau 5,66%. Sejak awal tahun hingga sekarang atau year to date (ytd), harga saham milik kakak Menteri BUMN Erick Thohir ini telah meningkat 280 poin atau 50%.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer memandang ESSA memiliki peluang untuk menumbuhkan kinerja pada semester II-2024 ini.
"Kami kira bisa terjadi, dimana terdapat kenaikan harga amoniak di awal semester II-2024 dan diperkirakan bisa stabil pada sepanjang periode ini," ujar Khaer.
Sedangkan secara teknikal, Khaer mengingatkan saham ESSA sedang mencoba untuk menembus resistance di kisaran level Rp 840 - Rp 860. Khaer menyarankan hold terlebih dulu saham ESSA untuk target harga Rp 920, dengan mencermati support di area Rp 775 - Rp 760.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo turut melihat ESSA punya prospek kinerja yang apik pada paruh kedua tahun ini. Menurutnya, saham ESSA layak koleksi dengan memperhatikan area support di Rp 675 dan resistance pada level Rp 960 per saham.
Equity Research Analyst Samuel Sekuritas Indonesia, Farras Farhan menilai kinerja ESSA melebihi ekspektasi pasar. Pendorongnya adalah peningkatan volume dan penurunan biaya, sehingga EBITDA margin mencapai sekitar 34%.
"Untuk outlook semester II-2024 harga ammonia dan LPG diharapkan ada tren positif," ungkap Farras kepada Kontan.co.id, Jum'at (12/7).
Kinerja ESSA
Kinerja ESSA pada tahun 2024 ini sangat bagus. ESSA mengantongi laba bersih pada semester I 2024 sebesar US$ 20,59 juta. Jika dikonversikan dalam mata uang rupiah dengan kurs Rp 16.140 per dollar AS, keuntungan perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki Boy Tohir ini mencapai Rp 332,28 miliar.
Capaian tersebut naik 418,63% jika dibandingkan dengan pada periode yang sama tahun tahun lalu. Kala itu, perseroan hanya mengantongi laba bersih sebesar US$ 3,97 juta.
Namun lonjakan bottom line ini tak sejalan dengan performa top line. ESSA meraup pendapatan senilai US$ 151,61 juta pada semester I-2024 atau 9,85% dibandingkan capaian US$ 168,18 juta pada semester I-2023.
Pendapatan ESSA hingga Juni 2024 didominasi oleh penjualan amonia ke pihak berelasi senilai US$ 128,95 juta. Kemudian pendapatan dari pihak ketiga untuk penjualan LPG sebesar US$ 20,88 juta dan jasa pengolahan senilai US$ 1,77 juta.
Meski pendapatan merosot, tapi ESSA berhasil menekan beban pokok pendapatan sebanyak 27,50% (YoY) menjadi US$ 99,46 juta. Hasil ini membuat laba kotor ESSA melejit 68,30% (YoY) menjadi US$ 52,14 juta pada semester I-2024.
Pada periode yang sama beban keuangan ESSA menyusut 48,70% (YoY) menjadi US$ 5,94 juta. Sementara dari sisi EBITDA, terjadi kenaikan sekitar 48% (YoY) menjadi US$ 61,6 juta hingga Juni 2024.
Corporate Secretary Essa Industries Indonesia, Shinta D. U. Siringoringo mengungkapkan kenaikan EBITDA dan laba ESSA dipengaruhi oleh peningkatan volume produksi serta efisiensi biaya. Volume produksi amoniak pada semester I-2024 tercatat lebih tinggi dibandingkan semester I-2023.
"Setelah berhasil menyelesaikan penghentian aktivitas operasional sementara terencana dalam rangka pemeliharaan fasilitas yang berlangsung selama hampir dua minggu, pabrik amoniak beroperasi dengan produktivitas dan efisiensi di tingkat yang lebih optimal," kata Shinta dalam keterbukaan informasi, Jum'at (12/7).
Shinta menambahkan, kilang LPG mencatatkan pencapaian lima tahun operasional tanpa trip pada kuartal II-2024. Di sisi lain, harga amoniak menunjukkan tren kenaikan sepanjang kuartal II-2024. ESSA memperkirakan level harga amoniak pada semester II-2024 akan tetap stabil atau lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada semester I-2024.
"Bersamaan dengan itu, harga LPG tetap berada di atas level terendah musiman karena pemangkasan produksi minyak secara sukarela oleh OPEC+," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News