kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga obligasi tinggi, ada peluang untuk masuk sebelum terlambat


Kamis, 17 Oktober 2019 / 19:58 WIB
Harga obligasi tinggi, ada peluang untuk masuk sebelum terlambat
ILUSTRASI. Obligasi. KONTAN/Muradi/2017/09/14


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek obligasi di sisa akhir 2019 diprediksi bakal semakin menarik, khususnya saat tren harga terus menanjak naik. Hal ini terbukti dari indeks Inter Dealer Market Assosiation (IDMA) dan Indeks Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sukses menyentuh level tertinggi.

Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Rabu (16/10) indeks IDMA tercatat naik 0,12% ke level 101,18 sekaligus jadi level tertinggi. Begitu juga dengan ICBI yang tercatat menguat sebanyak 0,11% ke level tertinggi 268,96.

Direktur Utama Avrist Asset Management Hanif Mantiq menilai, berbagai sentimen yang ada saat ini sukses mendongkrak harga obligasi. Dari domestik, sentimen pembentukan kabinet baru dan bakal dilantiknya pemerintahan baru pekan ini menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi. Harapannya, kondisi politik Tanah Air ke depan juga menjadi lebih stabil.

Baca Juga: Pertumbuhan obligasi korporasi tak signifikan di tahun politik

Sentimen lainnya didukung kondisi nilai tukar rupiah yang cenderung stabil beberapa waktu terakhir, disertai dengan dolar AS yang tengah melemah. Selanjutnya, tren penurunan suku bunga acuan yang dilakukan beberapa bank sentral di dunia, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Indonesia, serta tingkat inflasi Tanah Air yang turun ikut menjadi penyokong pergerakan obligasi untuk terus menanjak.

"Kami masih optimistis obligasi masih bullish hingga akhir tahun. Proyeksinya untuk tenor 10 tahun memiliki yield 7%, sedangkan untuk 5 tahun di level 6,5%," jelas Hanif kepada Kontan.co.id, Kamis (17/10).

Meskipun harga obligasi terus naik, Hanif mengaku tidak ada kekhawatiran ke depan harga bakal turun. Ini lantaran, kenaikan obligasi dianggap sudah sesuai dengan kondisi fundamental saat ini.

Sentimen yang perlu diwaspadai ke depan, masih seputar perkembangan negosiasi perang dagang antara AS dengan China. Menurut Hanif, meskipun sentimen perang dagang saat ini tengah mereda namun kemungkinan untuk kembali memanas, masih terbuka.

Baca Juga: Tahun Depan, Penerbitan Obligasi Korporasi Bakal Kembali Ramai premium

Sedangkan untuk sentimen suku bunga acuan dari Bank Sentral AS (The Fed), Hanif mengaku tidak terlalu khawatir, lantaran pasar meyakini kebijakan moneter Negeri Paman Sam tersebut berada dalam tren longgar atau penurunan suku buang acuan. Ditambah lagi kurs dolar AS juga cenderung melemah.

"Investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk mulai mengambil risiko, jangan sampai nanti harga sudah tinggi dan terlambat untuk masuk ke pasar obligasi," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×