Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel diyakini masih cukup cerah di sisa tahun ini. Sejumlah katalis diyakini bakal mendorong harga nikel hingga akhir tahun.
Salah satunya adalah produksi baja stainless steel di China. Thomas Radityo, Analis Ciptadana Sekuritas menyebut, prospek nikel jangka panjang akan didorong oleh konsumsi nikel yang solid oleh China. Produksi baja stainless steel di China tercatat telah naik dari titik terendah sebesar 1,9 juta ton di Februari menjadi 2,3 juta ton di Mei 2021.
Akibatnya, persediaan nikel di London Metal Exchange (LME) menurun 12,4% secara kuartalan menjadi 228.000 wet metric ton (wmt) dan harga terus meningkat 14,9% secara kuartalan menjadi US$ 18.769 per ton.
Di sisi lain, produksi nickel pig iron (NPI) China menurun secara signifikan sejak September 2020, yakni sebesar 38.900 ton. Ini mencerminkan dampak larangan ekspor bijih nikel Indonesia dan penutupan tambang Filipina yang terjadi baru-baru ini. Thomas memperkirakan defisit NPI sebesar 56.100 ton dan 67.300 ton di 2021-2022.
Baca Juga: Industri Nikel Menjanjikan, NICL Membidik Produksi 1,8 Juta Ton
Lebih lanjut, Rusia berencana untuk mengenakan pajak ekspor nikel sebesar 15% untuk mengekang harga nikel domestik. Untuk diketahui, Rusia menyumbang 10% dari cadangan nikel global.
Bersama dengan larangan ekspor bijih nikel Indonesia, penutupan tambang di Filipina, serta aksi mogok kerja yang terjadi di tambang Vale Sudbury, hal ini akan memberikan sentimen positif terhadap harga nikel dalam jangka pendek.
“Kami mempertahankan asumsi harga nikel rata-rata 2021-2022 pada level US$ 17.000 per ton dan US$ 18.000 per ton,” tulis Thomas dalam riset, Rabu (14/7).
Selanjutnya: Harga nikel baik 13% sejak awal tahun, cermati rekomendasi saham ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News