Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga minyak pada pekan lalu tak mampu bertahan lama. Harga minyak kembali tergelincir di awal pekan ini.
Senin (29/4) pukul 7.19 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2019 di New York Mercantile Exchange turun 0,66% ke US$ 62,88 per barel ketimbang posisi akhir pekan lalu pada US$ 63,30 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini merosot 4,07%.
Sejalan, harga minyak brent untuk pengiriman Juni 2019 di ICE Futures pun turun 0,69% ke posisi US$ 71,65 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini turun 3,23%.
Pejabat AS mengatakan, pasokan minyak global secara keseluruhan akan melimpah meski ada sanksi bagi Iran yang kembali berlaku mulai pertengahan pekan ini. Tapi, pasokan minyak yang terus meningkat di AS terutama adalah minyak light grade. Jenis serupa pun berasal dari Arab Saudi dan Rusia.
Sementara pasokan minyak jenis lainnya berkurang. Larangan impor minyak dari Iran ini turut mengurangi pasokan minyak setelah adanya sanksi pembelian minyak dari Venezuela. Terlebih, Angola yang merupakan salah satu produsen minyak dense crude juga terhambat. Minyak ini baik digunakan untuk produk seperti bahan bakar pesawat.
Perusahaan pengolahan minyak juga mencari heavy sweet crude yang sebelumnya diproduksi oleh Iran dan Venezuela untuk memproduksi bahan bakar dengan sulfur rendah menjelang aturan emisi perkapalan yang berlaku tahun depan.
Tingginya harga minyak yang mencapai level tertinggi 2019 pekan lalu menyebabkan pembeli menahan diri. "Kami menahan diri sejauh mungkin," kata satu pembeli potensial.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan, pemerintah mengajukan keluhan ke AS atas pembatasan pembelian minyak Iran. "Keputusan beli akan lebih mudah ketika ada kejelasan berapa banyak minyak Iran yang masih akan beredar," kata seorang sumber kepada Reuters.
SEB memperkirakan, China akan menaikkan impor minyak Iran dari 600.000 barel per hari bulan Maret lalu menjadi sekitar 1 juta barel per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News