kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak WTI terus menguat jelang pertemuan OPEC


Jumat, 21 September 2018 / 19:21 WIB
Harga minyak WTI terus menguat jelang pertemuan OPEC
ILUSTRASI. Logo OPEC


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia terus melanjutkan reli. Jelang pertemuan OPEC dan negara-negara produsen lainnya, Minggu (23/9) nanti, harga minyak terdorong oleh potensi berkurangnya suplai global akibat sanksi yang mengisolasi pengiriman minyak mentah Iran mulai November mendatang.

Mengutip Bloomberg, Jumat (21/9) pukul 18.05 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman November 2018 di New York Mercantile Exchange (Nymex) kembali menyentuh level tertingginya di US$ 70,83 per barel atau menguat 0,73% dari level pada hari sebelumnya.

Ini merupakan harga terkuat minyak WTI sejak Desember 2014 lalu. Adapun, dalam sepekan harga sudah menoreh penguatan sebesar 3%.

Analis Global Kapital Investama Nizar Hilmy mengatakan, sejatinya harga minyak sempat bergerak melemah lantaran sentimen negatif dari pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. "Trump mendesak OPEC untuk menurunkan harga minyak menjelang agenda pertemuan hari Minggu nanti dan ini sempat membuat harga turun," ujar Nizar, Jumat (21/9).

Namun, Nizar menilai, harga kembali menanjak seiring dengan ekspektasi pelaku pasar terhadap hasil pertemuan OPEC. Menurutnya, sampai saat ini tidak ada indikasi kuat OPEC dan negara produsen minyak lainnya bakal menaikkan produksi secara signifikan untuk mengantisipasi kemungkinan kekurangan pasokan pasca penetapan sanksi Iran.

Senada, Faisyal, analis Monex Investindo Futures juga berpendapat OPEC masih akan melanjutkan pembatasan produksi pada level yang sudah disepakati sejak awal yakni 1,8 juta barel per hari. "Kalau memang benar demikian, ini akan menjadi penopang harga minyak dalam jangka pendek ini," kata Faisyal, Jumat (21/9).

Nizar menambahkan, keyakinan pelaku pasar bahwa OPEC cenderung menahan produksi juga diperkuat oleh pernyataan Arab Saudi yang menganggap harga US$ 80 per barel untuk minyak Brent merupakan level yang wajar. "Padahal selama ini OPEC mematok harga Brent di kisaran US$ 70-US$ 80 per barel. Ini jadi pertanda belum ada rencana negara-negara produsen menambah produksi lagi," kata Nizar.

Jika sentimen pendukung tersebut terus bertahan, ditambah lagi dengan kondisi dollar yang terkoreksi, Nizar menyebut bukan tidak mungkin harga minyak segera menembus US$ 71 per barel dalam jangka pendek ini. "Penentu terbesarnya ada di hasil pertemuan OPEC nanti, tapi yang pasti isu defisit pasokan masih mempengaruhi," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×