kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak WTI Bertahan di Atas US$ 110 Setelah Naik 4 Pekan


Senin, 23 Mei 2022 / 07:27 WIB
Harga Minyak WTI Bertahan di Atas US$ 110 Setelah Naik 4 Pekan
ILUSTRASI. Harga minyak WTI terus berada di atas US$ 110 per barel setelah menguat empat pekan berturut-turut.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak bergerak bervariasi pada awal pekan ini. Harga minyak WTI turun dan harga minyak Brent justru menguat. Selisih harga minyak kedua kontrak ini pun menyempit dalam sepekan terakhir.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI kontrak Juli 2022 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 110,20 per barel, turun  tipis 0,07% ketimbang posisi akhir pekan lalu US$ 110,28 per barel pada Senin (23/5).

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Juli 2022 di ICE Futures menguat tipis ke US$ 112,57 per barel dari posisi akhir pekan lalu US$ 112,55 per barel. 

Baca Juga: Prediksi IHSG Hari Ini Senin (23/5) Berpotensi Naik, Cek Saham Pilihan untuk Trading

Selisih harga kedua kontrak minyak turun menjadi US$ 23,7 per barel. Padahal, selisih harga rata-rata kedua kontrak minyak tahun ini masih US$ 3,86 per barel.

Sekadar informasi, harga rata-rata minyak WTI tahun ini berada di US$ 93,89 per barel. Sedangkan harga rata-rata minyak Brent berada di US$ 97,75 per barel.

Harga minyak WTI yang merupakan harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) terus berada di atas US$ 110 per barel setelah menguat empat pekan berturut-turut.

Harga minyak AS terus menguat di tengah sanksi Rusia. Adanya sanksi terhadap Rusia menyebabkan pembelian minyak dari negara Eropa Timur ini berkurang dan menurunkan pasokan secara global.

Baca Juga: Kinerja Emiten Konsumer Dibayangi Kenaikan Harga Komoditas, Cek Rekomendasi Sahamnya

Sementara, Arab Saudi memberikan sinyal akan melanjutkan dukungan peran Rusia pada OPEC+. Langkah ini mengganjal upaya AS untuk mengisolasi Rusia yang menginvasi Ukraina.

OPEC+ masih melanjutkan peningkatan pasokan secara bertahap setelah periode pandemi. Kelompok produsen minyak ini menolak permintaan AS yang meminta penambahan kapasitas lebih cepat.

Sementara China, salah satu konsumen minyak terbesar dunia, masih menghadapi pemulihan akibat lockdown. Permintaan minyak dari China pun diperkirakan tertahan. Bloomberg Economics menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini menjadi hanya 2% dari prediksi sebelumnya 5,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×