Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Minyak mentah Amerika Serikat (AS) melonjak lebih dari US$ 20 per barel pada pembukaan perdagangan Selasa (21/4).
Walau rebound, namun harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) ini tetapi masih diperdagangkan di bawah US$ 0 setelah terjun ke wilayah negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah. Anjloknya harga minyak WTI terseret oleh kekenyangan pasokan dan permintaan minyak mentah yang melorot karena pandemi virus corona.
Mengutip Reuters, Selasa (21/4) pukul 06.30 WIB, harga minyak mentah WTI untuk kontrak pengiriman Mei 2020 naik US$ 21,96 ke -US$ 15,67 per barel. Ini terjadi setelah harga minyak WTI ditutup di -US$ 37,63 per barel pada sesi sebelumnya.
Baca Juga: Harga minyak WTI anjlok, Trump berencana hentikan impor minyak dari Arab Saudi
Sebagai catatan, kontrak minyak WTI untuk Mei 2020 berakhir pada hari ini. Sementara untuk kontrak Juni, yang lebih aktif diperdagangkan, harga minyak WTI naik 51 sen, atau 2,5%, menjadi US$ 20,94 per barel.
Harga minyak telah berada di bawah tekanan karena pembatasan perjalanan dan penguncian untuk menahan penyebaran virus corona membatasi permintaan bahan bakar global. Hal ini membuat pasokan minyak mentah yang cukup sulit untuk menemukan tempat guna menyimpan cadangan dengan permintaan turun 30% di seluruh dunia.
Pusat penyimpanan utama AS di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak WTI AS, diperkirakan akan terisi penuh dalam hitungan minggu.
"Dengan pengisian fasilitas penyimpanan cepat, terutama pada titik harga WTI, Cushing, ada kekhawatiran bahwa tidak ada tempat untuk menyimpannya," kata ANZ Research dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Dow Jones turun lebih dari 500 poin akibat jatuhnya harga minyak dunia
Dihadapkan dengan kekenyangan pasokan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) tetapi itu akan berlangsung mulai Mei.
"Bahkan perjanjian pasokan OPEC+ kemungkinan tidak akan menghentikan aliran penjualan dalam jangka pendek," tambah ANZ Research.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News