Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Keputusan Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk tidak memangkas produksi menyebabkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) anjlok tajam.
Data yang dihimpun CNBC menunjukkan, harga kontrak minyak untuk pengantaran sebulan ke depan ditutup dengan penurunan US$ 7,54 atau 10,2% menjadi US$ 66,15 per barel. Ini merupakan level harga terendah sejak 2009 lalu.
Sedangkan harga kontrak minyak Brent untuk pengantaran satu bulan ke depan turun sekitar US$ 2 menjadi US$ 70,45 per barel, level terendahnya sejak Juli 2010.
Seperti yang diketahui, pada pertemuan Kamis (27/11) lalu, Arab Saudi tidak mengindahkan imbauan negara-negara kecil anggota OPEC untuk memangkas produksi minyak mereka. Para trader memprediksi, harga minyak akan merosot lebih dalam lagi pada pekan depan.
Menurut trader, jika harga minyak WTI menyentuh level terendah Mei 2010 di posisi US$ 64,24, maka, secara teknikal harga minyak WTI menguji level support di bawah US$ 60 menuju US$ 58,32 per barel yang tercipta pada Juli 2009 lalu.
"Ada pendapat bahwa aksi jual kemarin sudah berakhir. Namun, tidak semua orang sudah kembali beraktivitas setelah libur Thanksgiving. WTI akan kembali tergerus sebanyak beberapa dollar pada pekan depan dan akan menguji level terendahnya lagi," jelas John Kilduff, partner energy hedge fund Again Capital di New York.
Sementara itu, Bill Hubard, chief economist Markets.com menilai, suplai minyak dunia masih akan berlebih. "Saya rasa level US$ 70 per barel akan menjadi level baru," imbuhnya.
Sedangkan harga minyak Brent diramal akan tergerus 15% di sepanjang November. Jika hal ini terjadi, maka penurunan tersebut merupakan penurunan bulanan terbesar sejak 2008 silam. Saat ini, harga minyak Brent sudah anjlok 30% sejak Juni, jatuh dari level US$ 115 per barel.
"Pasar saat ini mencari paradigma baru, kisaran harga minyak baru yang akan tercipta. Mereka menebak-nebak," jelas Eugen Weinberg, head of commodities research Commerzbank di Frankfurt.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News