kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak terus tertekan jelang pertemuan OPEC


Kamis, 02 Juni 2016 / 06:48 WIB
Harga minyak terus tertekan jelang pertemuan OPEC


Sumber: AFP | Editor: Yudho Winarto

NEW YORK. Harga minyak turun tipis pada Rabu (Kamis pagi WIB), menjelang pertemuan OPEC dan data terbaru tentang persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS).

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, turun 9 sen menjadi berakhir di US$ 49,01 per barel di New York Mercantile Exchange.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, di hari pertama perdagangannya sebagai patokan Eropa, berada di US$ 49,72 per barel, turun 17 sen dari penutupan Selasa.

Beberapa menteri OPEC menyatakan berharap bahwa pasar minyak akan membaik pada semester kedua tahun ini setelah harga terpukul oleh pasokan berlimpah, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak siap untuk membuka pertemuan enam bulanan pada Kamis di Wina.

Sebagian besar analis tidak memperkirakan kartel 13 negara akan mengumumkan sebuah tindakan untuk mengurangi produksi, terutama karena harga telah berbalik naik (rebound) hampir 90 persen dari posisi terendah Februari.

OPEC, yang memproduksi sekitar sepertiga dari minyak mentah dunia, telah memberikan kontribusi signifikan terhadap kelebihan pasokan, yang dipimpin oleh Arab Saudi.

"Ada beberapa rumor beredar bahwa mereka dapat mencapai beberapa jenis pagu produksi. Ini membantu mengangkat harga dari posisi terendah mereka hari itu," kata Mike Dragosits dari TD Securities.

Tim Evans dari Citi Futures mengatakan prospek untuk pembatasan produksi terbatas, "karena Iran masih berniat mendorong produksinya lebih tinggi dan yang lain-lainnya berencana untuk melakukan hal yang sama."

Dia menambahkan bahwa pemulihan harga "telah mengurangi motivasi untuk setiap perubahan dalam kebijakan." Harga minyak pekan lalu melampaui US$ 50 untuk pertama kalinya tahun ini, dibantu oleh gangguan produksi di Kanada dan Nigeria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×