Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terus tergelincir di perdagangan hari kelima hingga Senin (3/6). Pukul 16.01 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2019 turun 1,03% ke US$ 52,95 per barel ketimbang harga penutupan pekan lalu pada US$ 53,50 per barel. Dalam sepekan, harga minyak WTI anjlok 10,47%.
Pergerakan serupa terjadi pada minyak brent. Harga minyak brent untuk pengiriman Agustus 2019 di ICE Futures berada di US$ 60,91 per barel, turun 1,74% daripada harga akhir pekan lalu pada US$ 61,99 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini terjun 11,43%.
Harga minyak mencatat penurunan bulanan terbesar dalam setengah tahun terakhir ini. Kekhawatiran penurunan permintaan akibat resesi global dan perang dagang global meluncurkan harga minyak ke level terendah sejak pertengahan Januari 2019.
Harga minyak brent terendah tahun ini berada di US$ 56,09 yang terjadi di awal tahun. Sedangkan harga minyak WTI terendah tahun ini berada di US$ 48,54 per barel yang juga merupakan harga pada 2 Januari.
"Harga minyak melorot akibat kekhawatiran baru perdagangan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam tarif pada Meksiko yang merupakan mitra dagang terbesar AS dan pemasok utama minyak mentah," kata Mithun Fernando, investment analyst Rivkin Securities dalam catatan yang dikutip Reuters.
Di saat seperti ini, emas menjadi pilihan investor. Harga emas hari ini memantapkan langkah di atas level US$ 1.300 dan terus naik dalam empat hari perdagangan terakhir. "Para trader mulai memasukkan faktor efek perang dagang jangka panjang terhadap ekonomi global," kata Jasper Lawler, head of research London Capital Group.
Dalam catatan Jumat lalu, Barclays mengatakan bahwa permintaan minyak AS bulan Maret turun signifikan secara tahunan untuk pertama kalinya sejak September 2017. Permintaan bensin turun hampir 370.000 barel per hari. Sedangkan Goldman Sachs mengatakan bahwa eskalasi perang dagang dan indikator aktivitas bisnis yang melemah menjadi sentimen negatif pasar minyak.
Sementara produksi minyak AS masih berada di rekor tertinggi sebesar 12,3 juta barel per hari. Tingginya produksi minyak mentah ini turut mengerek persediaan minyak yang naik 8,4% sejak awal tahun menjadi 476,5 juta barel.
"Dengan meningkatnya ketidakpastian prospek makroekonomi dan kenaikan produksi AS serta ketersediaan kapasitas OPEC untuk menutup penurunan produksi Iran dan Venezuela, kami memperkirakan harga minyak akan berada di sekitar prediksi kuartal ketiga dan posisi saat ini meski dengan volatilitas harga yang tinggi," ungkap Goldman dalam catatan, Minggu (2/6).
Goldman Sachs memperkirakan harga minyak brent akan berada di US$ 65,50 per barel pada kuartal ketiga ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News