Sumber: CNBC | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak di pasar Amerika Serikat tergelincir pada Kamis (16/11) malam. Pasar tertekan karena adanya kenaikan stok dan produksi minyak di AS.
Mengutip Bloomberg, Kamis, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Desember di Nymex turun 19 sen ke level US$ 55,14 per barel. Minyak sudah melorot empat hari beruntun. Sementara, minyak mentah Brent juga turun 32 sen menjadi US$ 61,55 per barel pukul 18.14 GMT.
Meski demikian, di pasar Asia, Jumat (17/11), harga WTI bergerak naik tipis ke US$ 55,24 sebarel.
Sinyal peningkatan produksi dan stok di AS melemahkan upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk mengurangi pasokan di pasar global. Kamis, Badan Energi Internasional mengatakan, data mingguan menunjukkan peningkatan produksi terus berlanjut. Produksi minyak mentah AS telah mencapai rekor 9,65 juta barel per hari, yang berarti produksi telah meningkat hampir 15% sejak pertengahan 2016.
Sebelumnya, Rabu, Administrasi Informasi Energi (EIA) melaporkan persediaan minyak mentah naik 1,9 juta barel menjadi 459 juta dalam sepekan yang berakhir 10 November. Stok naik dua pekan berturut-turut.
Di tengah peningkatan produksi dan stok di negeri Paman Sam, muncul pula kekhawatiran terkait permintaan setelah Badan Energi Internasional memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan pada 2017 dan 2018.
Pasar berharap pertemuan OPEC di Wina pada 30 November mendatang akan mencapai kesepakatan perpanjangan pemotongan produksi. Tahun lalu, OPEC dan eksportir besar lainnya termasuk Rusia sepakat untuk mengurangi produksi minyak mentah sebesar 1,8 juta barel per hari (bpd) mulai Januari 2017 hingga Maret 2018. Ini sebagai upaya untuk mendongkrak harga minyak.
Menteri Perminyakan Arab Saudi telah memberi isyarat bahwa mereka kemungkinan akan memperpanjang kesepakatan tersebut, mungkin sampai akhir tahun depan.
"Dipercaya bahwa negara-negara OPEC dan non-OPEC akan memotong produksinya sampai (akhir) 2018. Jika tidak, atau jika jangka waktunya akan lebih pendek dari sembilan bulan, saya pikir kita akan melihat harga yang lebih rendah lagi. Brent akan turun di bawah US$ 60 per barel," kata analis PVM Oil Associates Tamas Varga, seperti dilansir CNBC, Jumat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News