Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak mentah kembali tergelincir untuk hari keempat berturut-turut. Katalis negatif bagi harga minyak datang karena kekhawatiran tentang kebangkitan kembali kasus virus corona secara global yang menghambat pemulihan permintaan bahan bakar. Di saat yang sama, terjadi peningkatan produksi dari Libya yang menambah pasokan melimpah di pasar.
Selasa (20/10) pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent kontrak pengiriman Desember 2020 turun 30 sen atau 0,7% ke level $ 42,32 per barel. Pada sesi sebelumnya, Brent jatuh 31 sen.
Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman November 2020 juga melemah 26 sen atau 0,6% ke $ 40,57 per barel. Pada akhir perdagangan Senin (19/10), harga minyak WTI turun 5 sen.
Baca Juga: Harga minyak turun dalam empat hari berturut-turut
Tekanan bagi harga emas hitam datang setelah kasus Covid-19 tembus 40 juta pada hari Senin. Lonjakan kasus terbaru terjadi di Eropa dan Amerika Utara telah memicu tindakan pengetatan baru.
"Sejak April kami telah melihat pemulihan ajaib dalam permintaan minyak - yang sekarang berada di sekitar 92% dari tingkat pra-pandemi, tetapi masih terlalu dini untuk menyatakan diakhirinya era penghancuran permintaan minyak Covid-19," kata Oil Markets Analyst Rystad Energy, Louise Dickson.
Dalam pertemuan panel menteri Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang disebut OPEC+, berjanji untuk mendukung pasar minyak karena kekhawatiran tumbuh atas infeksi yang melonjak.
Untuk saat ini OPEC+ masih berpegang pada kesepakatan untuk mengekang produksi sebesar 7,7 juta barel per hari (bph) hingga Desember, dan kemudian memangkas pemotongan kembali menjadi 5,8 juta barel per hari pada Januari 2021.
Tiga sumber dari negara produsen mengatakan rencana kenaikan produksi mulai Januari bisa dibalik jika perlu.
"Kami tidak berpikir pasar minyak berada dalam posisi untuk menyerap sekitar 2% dari pasokan global yang OPEC+ harapkan untuk dimulai kembali pada 1 Januari 2021," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Dia menambahkan, peningkatan produksi dari Libya, yang beroperasi di luar pakta OPEC+, sudah menambah kekhawatiran kelebihan pasokan.
Baca Juga: Mayoritas bursa Asia turun pada Selasa (20/10) pagi
Libya dengan cepat meningkatkan produksinya setelah konflik bersenjata menutup hampir semua produksi minyak di negara itu sejak Januari. Output dari ladang terbesarnya, Sharara, yang dibuka kembali pada 11 Oktober, sekarang sekitar 150.000 barel per hari, atau sekitar setengah kapasitasnya.
Sementara itu, pedagang akan mengamati data persediaan minyak mentah dan produk dari American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa. Berdasarkan jajak pendapat Reuters, analis memperkirakan, stok minyak mentah dan distilat AS kemungkinan turun dalam minggu terakhir.
Selanjutnya: IHSG melemah di awal perdagangan Selasa (20/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News