Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga minyak mentah menguat. Data ekonomi yang positif di Amerika Serikat (AS) serta optimisme penyelamatan finansial di Siprus, menjadi sentimen positif bagi harga komoditas ini.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2013 di Bursa Nymex, Jumat (22/3), naik 1,36% menjadi US$ 93,71 per barel dibanding harga sehari sebelumnya. Namun selama sepekan harga minyak masih cenderung melemah sebesar 0,12%.
Data klaim asuransi pengangguran mingguan di AS mengalami kenaikan sebesar 336.000 dari minggu sebelumnya yang sebesar 334.000. Meski meningkat, jumlah itu di bawah prediksi analis yang sebesar 343.000.
Indeks manufaktur AS pada bulan ini juga naik dari sebelumnya 54,3 menjadi 54,9. Ini menandakan industri AS mulai pulih dari keterpurukan.
Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri, mengatakan, kenaikan harga minyak memang lebih banyak terdorong rilis data ekonomi AS yang cukup baik. Khususnya setelah rilis data cadangan minyak mingguan AS yang mengalami penurunan sebesar 1,3 juta barel.
Pada pekan ini, menurut Kiswoyo, pergerakan harga minyak akan cenderung sideways. Para pelaku pasar masih menunggu informasi terbaru dari zona Eropa, terkait krisis finansial Siprus.
Menguat terbatas
Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures, mengatakan, satu hal yang mungkin mengganggu potensi kenaikan harga minyak adalah masalah efek pemangkasan anggaran di AS yang sudah mulai terasa pada pertengahan Maret ini. Kemungkinan sampai pertengahan 2013, pemangkasan anggaran akan tetap menghantui pergerakan harga minyak.
Secara teknikal, pengamat pasar komoditas, Wahyu Tribowo Laksono, melihat harga minyak bisa menguat. Moving average (MA) menunjukkan harga berada di atas MA 50 dan MA 100. Moving average convergence divergence (MACD) masih berada di area negatif yakni di level -0,02 dengan pergerakan naik.
Kiswoyo memprediksi harga minyak bisa menguat di kisaran US$ 90,00-US$ 95,00 per barel pada pekan ini. Proyeksi Wahyu, harga minyak akan bergerak di US$ 91,50-US$ 94,10 per barel.
Hingga akhir tahun ini, Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures memprediksi, harga minyak hanya akan menguat terbatas ke level US$ 95 per barel. "Penguatan harga tidak banyak lantaran kondisi perekonomian global belum stabil. Ini membuka kemungkinan perlambatan ekonomi di negara-negara industri," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News