Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Minyak sawit diperdagangkan melemah selama empat hari berturut-turut hingga mencapai titik terendah sejak tiga bulan terakhir. Kekhawatiran investor kembali memuncak setelah manufaktur jepang menyatakan akan berhenti sementara. Bencana yang terjadi diperkirakan akan memperlambat pemulihan ekonomi global.
Kontrak untuk pengiriman Mei jatuh sebanyak 2,6% menjadi 3.250 ringgit atau setara dengan US$ 1.079 per metrik ton. Harga tersebut merupakan tingkat terendah sejak 26 November 2010. Memperpanjang penurunan pekan lalu yaitu 8% yang disebabkan oleh melimpahnya produksi sawit Indonesia dan malaysia.
"Efek bencana Jepang bersifat jangka pendek terhadap harga produk pertanian seperti minyak sawit dan karet," ujar Ivy Ng, analis CIMB Investment Bank. Menurutnya, investor bisa meminimalisir risiko dengan melakukan switching terhadap komoditas lain.
Departemen Pertanian AS menghitung, Indonesia bisa menghasilkan sekitar 25,4 juta ton. Angka ekspor akan naik menjadi 19,35 juta ton dari 17,85 juta ton.
Produksi Malaysia pada Februari naik 3,5% menjadi 1,09 juta ton, kenaikan pertama setelah tiga bulan sebelumnya terus menurun. Stok sawit naik 4,2% menjadi 1,47 juta ton. Namun angka ekspor turun 17% dalam 15 hari pertama dari bulan Maret menjadi 526.407 ton.
Pengiriman kelapa sawit untuk September di Dalian Commodity Exchange naik 0,2% menjadi 9,01 yuan atau US$ 1.371 jam 11:29 waktu setempat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News