kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.937.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.384   31,00   0,19%
  • IDX 7.031   -76,64   -1,08%
  • KOMPAS100 1.021   -14,54   -1,40%
  • LQ45 782   -10,42   -1,31%
  • ISSI 229   -2,56   -1,11%
  • IDX30 406   -5,75   -1,40%
  • IDXHIDIV20 476   -7,02   -1,45%
  • IDX80 115   -1,62   -1,40%
  • IDXV30 117   -1,92   -1,62%
  • IDXQ30 131   -1,70   -1,28%

Harga Minyak Naik Saat Konflik Iran-Israel Masuk Hari ke-6 & Potensi Keterlibatan AS


Kamis, 19 Juni 2025 / 05:16 WIB
Harga Minyak Naik Saat Konflik Iran-Israel Masuk Hari ke-6 & Potensi Keterlibatan AS
ILUSTRASI. Ilustrasi Pompa angguk tambang minyak. Harga minyak dunia menguat pada Rabu dalam perdagangan yang bergejolak, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar atas potensi gangguan pasokan.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak dunia menguat pada Rabu dalam perdagangan yang bergejolak, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar atas potensi gangguan pasokan akibat konflik antara Iran dan Israel yang telah memasuki hari keenam. 

Ketidakpastian mengenai kemungkinan keterlibatan langsung Amerika Serikat turut menambah tekanan.

Minyak mentah Brent ditutup naik 25 sen ke level US$ 76,70 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 30 sen menjadi US$ 75,14 per barel. Sebelumnya di awal sesi, harga sempat turun sekitar 2%, menyusul lonjakan lebih dari 4% pada Selasa.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Imbas Perang Israel-Iran, Beban RI sebagai Importir Kian Berat

Ketegangan meningkat setelah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menolak permintaan Presiden AS Donald Trump untuk menyerah tanpa syarat. Trump menyatakan bahwa kesabarannya telah habis, namun belum menjelaskan langkah konkret berikutnya.

Dalam pernyataan kepada wartawan di luar Gedung Putih, Trump menolak memastikan apakah AS akan bergabung dalam kampanye pemboman Israel terhadap Iran. "Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya. Maksud saya, tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan," katanya.

Trump juga mengungkapkan bahwa pejabat Iran telah menghubungi pihaknya untuk membuka peluang negosiasi, termasuk kemungkinan pertemuan di Gedung Putih. Namun, ia menyatakan bahwa saat ini sudah terlalu terlambat untuk berbicara.

Seorang sumber yang memahami dinamika internal menyebutkan bahwa salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan Trump dan timnya adalah bergabung dengan Israel dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

Baca Juga: Harga Minyak Naik, Ketegangan Israel-Iran Picu Kekhawatiran Gangguan Pasokan

Dalam catatan yang dirilis oleh firma konsultan energi Ritterbusch and Associates, disebutkan bahwa pasar minyak mentah masih dalam fase wait and see, dengan dinamika konflik yang dapat mendorong harga Brent naik hingga US$ 83 per barel, atau sebaliknya, turun kembali ke sekitar US$68 per barel.

Risiko Regional Meningkat

Analis menyatakan bahwa keterlibatan langsung AS dalam konflik akan memperluas skala perang dan meningkatkan risiko terhadap infrastruktur energi di kawasan Timur Tengah. Dalam catatan yang dirilis oleh ING, disebutkan bahwa ketakutan terbesar pasar minyak saat ini adalah kemungkinan penutupan Selat Hormuz.

Selat Hormuz merupakan jalur strategis yang dilalui oleh hampir sepertiga perdagangan minyak global melalui laut. Gangguan signifikan di wilayah ini dapat mendorong harga minyak naik tajam hingga menyentuh US$ 120 per barel, menurut ING.

Iran, yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memproduksi sekitar 3,3 juta barel minyak mentah per hari. 

Duta Besar Iran untuk PBB di Jenewa menyatakan bahwa Teheran telah menyampaikan peringatan kepada Washington: Iran akan memberikan respons tegas jika AS ikut campur secara langsung dalam operasi militer Israel.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Lebih dari 2% akibat Memanasnya Ketegangan Iran-Israel

Di sisi lain, Federal Reserve AS pada hari Rabu memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah. Meski para pembuat kebijakan masih memperkirakan akan ada penurunan suku bunga tahun ini, laju pemotongan diproyeksikan akan lebih lambat dibandingkan sebelumnya. 

Hal ini disebabkan oleh ekspektasi inflasi yang lebih tinggi, sebagian akibat rencana tarif baru dari pemerintahan Trump.

Federal Reserve memperkirakan pemangkasan suku bunga hingga setengah poin persentase pada 2025, namun hanya satu pemotongan sebesar seperempat poin pada 2026 dan 2027. Penyesuaian tersebut mencerminkan upaya yang lebih hati-hati dalam membawa inflasi kembali ke target 2%.

Secara umum, suku bunga yang lebih rendah cenderung mendorong pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan energi, termasuk minyak.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Hampir 2% Akibat Sanksi Baru terhadap Iran & Penguatan Pasar Saham

Data terbaru dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa stok minyak mentah turun tajam sebesar 11,5 juta barel dalam sepekan terakhir, menjadi total 420,9 juta barel. Angka ini jauh di bawah ekspektasi analis, yang sebelumnya memperkirakan penarikan hanya sekitar 1,8 juta barel.

Selanjutnya: Menilik Strategi Primadaya Plastisindo (PDPP) Perbaiki Kinerja pada Semester II-2025

Menarik Dibaca: 35 Ucapan Hari Ayah Sedunia Bahasa Inggris Penuh Cinta, Happy World Father's Day

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×