Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati Arab Saudi dan Kuwait berpeluang menambah produksi minyak dari Zona Netral yang masih dalam perselisihan, harga minyak masih menanjak. Selasa (24/12) pukul 15.16 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 60,55 per barel, naik tipis ketimbang harga penutupan perdagangan kemarin pada US$ 60,52 per barel.
Sedangkan harga minyak Brent untuk pengiriman Februari 2020 di ICE Futures naik tipis ke US$ 66,48 per barel dari posisi kemarin pada US$ 66,39 per barel. Kuwait dan Saudi diperkirakan akan mencapai kesepakatan pada Zona Netral yang ada di perbatasan kedua negara. Zona Netral ini memiliki kapasitas produksi 500.000 barel per hari.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menyebut penambahan produksi minyak memang membawa pengaruh tidak berdampak besar selama permintaan masih cukup tinggi. "Karena negara-negara OPEC berkomitmen untuk memangkas produksi minyak," tutur Dedy.
Baca Juga: Harga minyak menguat tipis jelang libur
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai kenaikan produksi Kuwait dan Arab Saudi tidak akan berdampak pada fluktuasi harga minyak karena Amerika Serikat (AS) yang terus mengintervensi sehingga harga minyak tidak kembali naik. Selain sentimen musim dingin dan trade deal, Ibrahim menilai sentimen yang akan mempengaruhi fluktuasi harga minyak antara lain adalah uji coba misil Korea Utara yang diperkirakan akan membawa gonjang-ganjing global, pemakzulan Presiden AS Donald Trump serta pemilu AS.
Hingga kini, permintaan dan pasokan di pasar sudah cukup berimbang. Deddy menyebut, justru ada tambahan sentimen positif dari kesepakatan dagang untuk minyak. Jika kesepakatan dagang resmi tercapai, China akan kembali mengimpor minyak dalam jumlah besar.
Ibrahim justru menilai ketersediaan dan permintaan minyak saat ini belum stabil didorong oleh masih tingginya spekulan yang membuat harga minyak fluktuatif.
Baca Juga: Kasus gagal bayar di Asia diramal melonjak, titik panas ada di China dan India
Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan masih melihat harga minyak akan terus menguat. Asal, kondisi pertumbuhan ekonomi global membaik dan OPEC melaksanakan pengurangan produksi.
Tahun depan, Ibrahim memperkirakan harga minyak akan bertengger di kisaran support US$ 51,40 dan resistance US$ 64 dengan kecenderungan yang fluktuatif. Sementara Deddy memperkirakan harga minyak tahun depan akan ada di sekitar US $ 65 per barel. Yudi memperkirakan, harga minyak tahun 2020 akan bergerak dengan support US$ 50 dan resistance US$ 70 per barel.
Di akhir tahun ini, Ibrahim memprediksikan harga minyak akan ditutup dalam rentang US$ 60-US$ 60,90 per barel. Adapun Deddy prediksikan minyak akan berada di kisaran harga US$58-US$ 60 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News