Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melanjutkan penguatan tipis sejak awal pekan ini. Selasa (24/12) pukul 7.30 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 60,59 per barel, naik tipis ketimbang harga penutupan perdagangan kemarin pada US$ 60,52 per barel.
Harga minyak telah menguat 24,62% sepanjang tahun ini. Sejumlah penopang harga minyak pada akhir tahun ini antara lain rencana pemangkasan produksi OPEC+ hingga akhir kuartal pertama 2020. Selain itu, Arab Saudi menekan Irak untuk mematuhi komitmen pemangkasan hingga tahun depan.
Kenaikan harga minyak dalam dua hari berturut-turut ini juga dipicu oleh rencana pemangkasan tarif impor China atas berbagai produk, termasuk makana dan suku cadangan produk telepon pintar.
Baca Juga: Gapki catat ekspor minyak sawit hanya naik 2,1% hingga Oktober 2019
Rusia mengatakan bahwa OPEC+ kemungkinan akan melonggarkan pemangkasan pada tahun depan. Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa keputusan ini mungkin akan terjadi pada pertemuan Maret 2020.
"Kami bisa mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk pelonggaran kuota secara bertahap atau melanjutkan pemangkasan," kata Novak seperti dikutip Reuters. Novak menambahkan bahwa produksi minyak Rusia berpeluang mencetak rekor tertinggi pada tahun ini.
Baca Juga: Harga minyak diramal bergerak terbatas setelah mencapai level tertinggi sejak Mei
Sementara pasokan minyak non-OPEC diprediksi naik pada tahun depan karena kenaikan produksi dari sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Brasil, Norwegia, dan Guyana. Pasokan juga berpotensi bertambah setelah Kuwait mengindikasikan bahwa perselisihan panjang pada Zona Netral yang terletak di perbatasan dengan Saudi akan rampung pada akhir 2019. Produksi di dua ladang minyak besar di Zona Netral dihentikan lebih dari tiga tahun lalu. Hal ini menyebabkan penurunan produksi global sebesar 500.000 barel per hari.
"Harga minyak masih moderat setelah penurunan akibat pernyataan Kuwait dan Saudi soal produksi di perbatasan. Tapi, harga minyak WTI dan Brent bisa bertahan di atas masing-masing US$ 60 dan US$ 65 hingga beberapa pekan Januari," kata Edward Moya, senior market analyst OANDA kepada Reuters.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News