kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak naik karena ekspektasi OPEC+ akan mempertahankan produksi


Senin, 04 Januari 2021 / 13:58 WIB
Harga minyak naik karena ekspektasi OPEC+ akan mempertahankan produksi
ILUSTRASI. Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret 2021 naik 1,21% ke US$ 52,42 per barel


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat pada Senin (4/1) siang karena ekspektasi bahwa OPEC+ akan mempertahankan level produksi. Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret 2021 berada di US$ 52,42 per barel, naik 1,2%, pada Senin siang. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Februari naik 1,1% menjadi $ 49,07 per barel.

Analis Virendra Chauhan, analis Energy Aspects mengatakan, tren momentum makro yang lebih luas termasuk pelemahan dolar dan posisi investor untuk pemulihan di sektor minyak tahun ini dapat mendukung harga minyak. "Mungkin ada beberapa sentimen positif dari OPEC+ yang berusaha untuk membatasi pasokan sehubungan dengan virus yang berkembang pesat di barat," kata dia kepada Reuters.

Mohammad Barkindo, Sekretaris Jenderal OPEC kemarin mengatakan bahwa permintaan minyak mentah diperkirakan akan naik 5,9 juta barel per hari (bph) menjadi 95,9 juta barel per hari tahun ini. Tapi, masih ada risiko penurunan permintaan pada paruh pertama 2021. "Kita baru mulai bangkit dari satu tahun pemotongan investasi besar-besaran, kehilangan pekerjaan yang sangat besar dan kehancuran permintaan minyak mentah terburuk yang pernah tercatat," kata dia.

Harga minyak menutup tahun lalu sekitar 20% di bawah rata-rata harga 2019. Harga minyak pun sulit pulih akibat lockdown ekonomi global yang diberlakukan untuk memerangi Covid-19 sehingga memangkas permintaan bahan bakar. Padahal, para produsen utama dunia menyetujui rekor pemotongan produksi sepanjang tahun.

Baca Juga: Setelah telko, produsen minyak China juga bakal dihapus dari bursa New York?

OPEC+ memutuskan untuk menambah produksi 500.000 barel per hari pada bulan ini. Penambahan yang lebih rendah daripada target awal 2 juta barel per hari ini mengantisipasi peningkatan permintaan. Para produsen juga setuju untuk bertemu setiap bulan untuk meninjau produksi.

Analis dari Energy Aspects dan RBC Capital mengatakan OPEC+ kemungkinan akan mempertahankan tingkat produksi pada Februari. "Kami pikir kelompok produsen akan memilih untuk tidak meningkatkan produksi lebih lanjut untuk Februari dengan kasus Covid-19 terus meningkat dan peluncuran vaksin yang lebih lambat dari perkiraan," kata Helima Croft dari RBC Capital.

Di Amerika Serikat (AS), produksi minyak mentah tetap di bawah tekanan akibat harga yang lemah dan permintaan yang turun lebih dari 2 juta barel per hari (bph) pada Oktober dari awal tahun 2020.

Baca Juga: Wow! Kurs rupiah menguat 1,21% ke Rp 13.880 per dolar AS pada Senin (4/1)

Tahun lalu, harga minyak mencetak volatilitas tinggi meski ditutup di harga US$ 51 per barel untuk minyak brent. Pada bulan April, harga minyak merosot hingga minus karena ada pandemi corona dan perang harga antara Arab Saudi dan Rusia.

Meski harga US$ -40 per barel tidak akan terjadi tahun ini, lockdown baru dan strain baru corona masih bisa menekan permintaan minyak tahun ini. "Dampak permintaan sangat berpengaruh," kata Peter McNally, global sector lead for industrials, material, and energy di Third Bridge.

Sementara produksi minyak dan bahan-bakar cair dunia tahun lalu turun menjadi 94,25 juta barel per hari dari tahun sebelumnya 100,61 juta barel per hari. Energy Information Administration (EIA) memperkirakan produksi kemungkinan hanya akan mencapai 97,42 juta barel per hari pada tahun ini.

Baca Juga: Harga minyak turun menjelang pertemuan OPEC+, Senin (4/1)

EIA juga menyebut, konsumsi minyak dan bahan bakar cair tahun 2020 turun menjadi 92,4 juta barel per hari, turun 9% dari tahun sebelumnya 101,2 juta barel per hari. Perubahan konsumsi akan mengubah bisnis penyulingan juga. Menurut Morgan Stanley, sekitar 1,5 juta barel per hari kapasitas penyulingan ditutup akibat perubahan ini.

Harga minyak selanjutnya masih akan volatile dalam beberapa bulan. "Pasar minyak kacau dan bergejolak selama 12 bulan terakhir dengan implikasi jangka panjang ketika kita mulai membentuk kontur normalitas baru menuju keseimbangan pasca-virus," kata analis Mitsubishi UFJ Financial Group kepada Reuters.

Baca Juga: Skenario optimistis Sinarmas Sekuritas, IHSG bisa mencapai 7.200 di akhir tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×