kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Harga Minyak Naik Karena Data Inflasi PCE AS Sesuai Ekspektasi


Jumat, 01 Maret 2024 / 07:35 WIB
Harga Minyak Naik Karena Data Inflasi PCE AS Sesuai Ekspektasi
ILUSTRASI. Harga minyak menguat pada Jumat pagi setelah melemah pada perdagangan kemarin.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat pada Jumat pagi setelah melemah pada perdagangan kemarin. Jumat (1/3) pukul 7.12 WIB, harga minyak WTI kontrak April 2024 naik 0,05% ke US$ 78,30 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini menguat 2,37%.

Pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, menunjukkan inflasi bulan Januari sejalan dengan ekspektasi para ekonom, sehingga memungkinkan adanya penurunan suku bunga di bulan Juni.

“Data ekonomi yang beragam, membantu memberikan argumen bagi penurunan suku bunga The Fed, yang mendukung permintaan minyak,” kata John Kilduff, mitra Again Capital LLC kepada Reuters.

Dia menambahkan, pemotongan tersebut akan dilakukan karena perekonomian sedang melambat dan berdampak pada permintaan minyak.

Kemarin, harga minyak turun karena data inflasi AS menyiratkan melemahnya ekonomi terbesar di dunia yang dapat melemahkan permintaan minyak mentah. Peningkatan produksi OPEC juga membebani harga.

Baca Juga: BBM dan Listrik Ditahan, Subsidi Energi Bengkak

Inflasi zona euro semakin merosot pada bulan ini, memperkuat alasan bagi bank sentral Eropa untuk mulai menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini. Suku bunga yang tinggi telah membantu banyak negara besar di Barat dalam mengendalikan inflasi, sehingga berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Di sisi pasokan, persediaan minyak mentah di AS, produsen utama dunia, telah meningkat selama lima minggu berturut-turut. Pekan lalu, stok minyak AS meningkat sebesar 4,2 juta barel, melebihi perkiraan peningkatan sebesar 2,7 juta barel.

Perpanjangan pengurangan produksi minyak secara sukarela dari kelompok produsen OPEC+ juga dibahas. “Dengan prospek permintaan yang masih belum pasti, kami pikir OPEC akan memperpanjang perjanjian pasokan saat ini hingga akhir kuartal kedua,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Survei Reuters menunjukkan OPEC memproduksi 26,42 juta barel per hari (bph) bulan Februari, naik 90.000 barel per hari dari bulan Januari. Produksi Libya naik secara bulanan sebesar 150.000 barel per hari.

Baca Juga: Harga Minyak WTI Naik US$ 79 per Barel Rabu (29/2), Ini Sentimen Pemicunya

Sementara itu, patokan global Brent telah berada di atas angka US$ 80 selama tiga minggu. Konflik Timur Tengah hanya memiliki dampak kecil terhadap aliran minyak mentah.

Namun, konflik tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Israel dan Hamas mengecilkan prospek gencatan senjata dalam perang mereka di Gaza. Mediator Qatar mengatakan isu-isu paling kontroversial masih belum terselesaikan.

Presiden Joe Biden mengatakan AS sedang memeriksa laporan pasukan Israel menembaki orang-orang yang menunggu bantuan makanan di Gaza. Dia yakin insiden mematikan itu akan mempersulit pembicaraan mengenai gencatan senjata.

Survei Reuters terhadap 40 ekonom dan analis memperkirakan harga minyak rata-rata US$ 81,13 per barel untuk kontrak bulan depan tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×