Sumber: Reuters | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -TOKYO. Harga minyak naik pada Senin (1/4), minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik US$ 34 sen per barel, atau naik 0,5% menjadi US$ 67,92 per barel pada pukul 00.55 GMT, setelah naik 27% pada kuartal pertama tahun ini.
Adapun minyak West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 30 sen per barel, atau naik 0,5% menjadi US$ 60,44 barel, setelah membukukan kenaikan 32% pada periode Januari-Maret tahun 2019.
Sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela bersama dengan pemangkasan pasokan oleh anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen utama lainnya telah membantu mendukung harga minyak tahun ini, hal ini bisa menutupi kekhawatiran tentang pertumbuhan global dan perang dagang AS-China.
Sigal Mandelker, Wakil Sekretaris Treasury for Terrorism and Financial Intelligence mengatakan kepada wartawan di Singapura pada hari Jumat bahwa Amerika Serikat telah memberikan "tekanan kuat" lebih lanjut pada Iran.
"Para pejabat AS tertarik untuk memastikan bahwa Malaysia, Singapura, dan lainnya sepenuhnya menyadari pengiriman minyak Iran ilegal dan taktik yang digunakan Iran untuk menghindari sanksi," kata Mandelker dikutip dari Reuters, Senin (1/4).
AS juga telah menginstruksikan rumah-rumah perdagangan minyak dan penyuling untuk lebih lanjut memotong kesepakatan dengan Venezuela atau menghadapi sanksi sendiri, bahkan jika perdagangan tidak dilarang oleh sanksi AS yang diterbitkan.
Kesepakatan antara OPEC dan sekutu seperti Rusia untuk memangkas produksi sekitar 1,2 juta barel per hari, yang secara resmi dimulai pada Januari, juga telah mendukung harga.
Produksi A.S. juga mantap sejak pertengahan Februari. Pemerintah AS melaporkan pada hari Jumat bahwa produksi domestik di produsen minyak mentah utama dunia turun lebih rendah pada bulan Januari menjadi 11,9 juta barel per hari.
"Perusahaan-perusahaan energi A.S. minggu lalu mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi ke level terendah dalam hampir satu tahun, memotong rig paling banyak dalam seperempat dalam tiga tahun," kata perusahaan jasa energi Baker Hughes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News