kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah tergelincir, jenis Brent ke US$ 53,84 dan WTI US$ 49,05 per barel


Rabu, 26 Februari 2020 / 17:19 WIB
Harga minyak mentah tergelincir, jenis Brent ke US$ 53,84 dan WTI US$ 49,05 per barel
ILUSTRASI. Harga minyak terus tertekan virus corona


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah turun untuk hari keempat pada Rabu (26/2) setelah sejumlah wilayah di Asia dan negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah melaporkan ratusan kasus virus corona baru. Tekanan bagi harga si hitam kian bertambah setelah Amerika Serikat (AS) memperingatkan pandemi ini tak terhindarkan.

Mengutip Reuters, Rabu (26/2) pukul 17.00 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Mei 2020 di ICE Futures turun US$ 1,11, atau 2%, menjadi $ 53,84 per barel. 

Sementara, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2020 di Nymex turun 85 sen, atau 1,7%, menjadi US$ 49,05 per barel.

Ketakutan pandemi virus corona semakin meningkat ketika pihak berwenang di seluruh dunia berjuang untuk mencegah penyebarannya. Kini virus yang berasal dari kota Wuhan, China ini telah ditemukan di sekitar 30 negara.

Baca Juga: Kasus virus corona baru di Jerman, satu orang pasien dalam kondisi kritis

Bursa saham dunia jatuh untuk hari kelima berturut-turut, sementara harga emas yang merupakan aset safe haven kembali naik ke level tertinggi dalam tujuh tahun. Sedangkan, imbal hasil obligasi AS bertahan di dekat rekor terendah setelah pemerintah dan otoritas kesehatan memperingatkan kemungkinan pandemi virus corona. 

Goldman Sachs juga sudah mengurangi perkiraan pertumbuhan permintaan minyak di tahun ini menjadi 600.000 barel per hari (bpd) dari sebelumnya 1,2 juta barel per hari. Selain itu, proyeksi harga minyak jenis Brent juga dipangkas menjadi US$ 60 per barel dari US$ 63.

"Kami melihat harga minyak membaik sepanjang tahun dengan asumsi permintaan mulai menjadi normal pada 2020," tulis Goldman Sachs, merujuk pada paruh kedua tahun 2020.

Sebelumnya, harga minyak sempat naik karena short-covering dan di tengah harapan untuk penurunan produksi yang lebih dalam oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.

Menteri Energi Arab Saudi mengatakan bahwa ia yakin bahwa OPEC +, akan merespons secara bertanggung jawab terhadap penyebaran virus corona. OPEC+ dijadwalkan bertemu di Wina, Austria pada 5-6 Maret. 

Baca Juga: Virus corona: Singapore Airlines pangkas jumlah penerbangan ke sejumlah negara

"OPEC + mungkin memutuskan untuk memicu lebih banyak pengurangan pasokan pada pertemuan minggu depan, tetapi ini mungkin hanya memiliki efek terbatas pada harga minyak, karena kekhawatiran sisi permintaan diperkirakan akan terus memiliki pengaruh besar pada kompleks komoditas," Han Tan, analis pasar di FXTM. 

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, pertumbuhan permintaan minyak global di tahun ini telah jatuh ke level terendah dalam satu dekade. Tetapi proyeksi tersebut belum mengitung wabah virus corona. Artinya, peluang untuk pertumbuhan minyak semakin jatuh terbuka lebar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×