Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah naik ke level tertinggi sejak Februari 2020 pada Rabu (6/1),setelah Arab Saudi setuju mengurangi produksi lebih dari yang diharapkan. Sementara angka industri menunjukkan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun pekan lalu.
Melansir Reuters pukul 13.04 WIB, harga minyak mentah Brent naik sebanyak hampir 1% menjadi US$ 54,09 per barel, tertinggi sejak 26 Februari 2020.
Sedangkan, kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) mencapai $ 50,24 per barel, juga tertinggi sejak 26 Februari, sebelum turun ke US$ 50. Kontrak pada hari Selasa ditutup naik 4,6%.
Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, pada Selasa sepakat untuk melakukan pengurangan sukarela tambahan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada bulan Februari dan Maret, setelah pertemuan dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan lainnya alias OPEC+.
Pengurangan yang disepakati oleh Arab Saudi dimasukkan dalam kesepakatan untuk membujuk produsen lain dalam kelompok OPEC + untuk mempertahankan produksi stabil.
Baca Juga: Arab Saudi secara sukarela akan memangkas produksi minyak dalam dua bulan ke depan
Dengan infeksi virus corona yang menyebar dengan cepat di banyak bagian dunia, produsen minyak berusaha untuk mendukung harga karena permintaan terpukul dari penguncian baru yang diberlakukan.
"Terlepas dari kesepakatan pasokan bullish ini, kami yakin keputusan Saudi kemungkinan mencerminkan tanda-tanda melemahnya permintaan karena lockdown," kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan, meskipun bank investasi mempertahankan perkiraan akhir tahun 2021 untuk Brent sebesar US$ 65 per barel.
Anggota OPEC, Iran, penyitaan kapal tanker Korea Selatan di Teluk pada hari Senin juga terus mendukung harga. Teheran membantah telah menyandera kapal dan awaknya setelah menyandera kapal tanker itu sambil mendorong Seoul untuk melepaskan US$ 7 miliar dana yang dibekukan di bawah sanksi AS.
Sementara persediaan minyak mentah AS turun 1,7 juta barel dalam sepekan hingga 1 Januari menjadi 491,3 juta barel, data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan pada Selasa malam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News