Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik US$2 per barel pada hari Selasa (27/9), dari level terendah sembilan bulan sehari sebelumnya. Ditopang oleh pembatasan pasokan di Teluk Meksiko Amerika Serikat (AS) menjelang Badai Ian dan sedikit melemahnya dolar AS.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik US$ 2,35 atau 2,8% menjadi US$ 86,41 per barel pada 10:52 EDT (1452 GMT). Pada hari Senin, harga minyak mentah Brent jatuh serendah US$83,65, terendah sejak Januari.
Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$2,04 atau 2,7% menjadi $78,74.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tapi Investasi di Upstream Stagnan, Begini Penjelasan SKK Migas
Harga minyak mentah juga mendapat dukungan dari ekspektasi analis kemungkinan pemotongan pasokan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), yang bertemu untuk menetapkan kebijakan pada 5 Oktober.
Asal tahu, harga minyak mentah melonjak setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari, dengan Brent mendekati level tertinggi sepanjang masa di US$147 pada Maret. Baru-baru ini, kekhawatiran tentang resesi, suku bunga tinggi, dan kekuatan dolar telah membebani harga minyak.
"Minyak saat ini berada di bawah pengaruh kekuatan finansial," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM. "Sementara itu, Badai Ian di Teluk AS, dipandang sebagai fenomena sementara."
Dolar beringsut kembali dari tertinggi 20 tahun, yang juga mendukung minyak. Dolar yang kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Pemotongan pasokan juga memberikan dukungan. BP dan Chevron mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menutup produksi di anjungan lepas pantai di Teluk Meksiko saat Badai Ian mendekat.
Baca Juga: Harga Komoditas Rebound Setelah Kemarin Tertekan Penguatan Dolar AS
Penurunan harga minyak telah meningkatkan spekulasi bahwa OPEC+ dapat melakukan intervensi. Menteri perminyakan Irak pada hari Senin mengatakan kelompok itu memantau harga dan tidak menginginkan kenaikan tajam atau keruntuhan.
"Hanya pengurangan produksi oleh OPEC+ yang dapat mematahkan momentum negatif dalam jangka pendek," kata Giovanni Staunovo dan Wayne Gordon dari bank Swiss UBS.
Pasar sedang menunggu laporan inventaris AS terbaru, yang diperkirakan para analis akan menunjukkan peningkatan 300.000 barel dalam stok minyak mentah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News