Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi rebound pada perdagangan Selasa (27/9) setelah kemarin tertekan oleh penguatan nilai tukar dolar AS.
Mengutip Bloomberg, pukul 15.54 WIB, harga minyak WTI menguat 1,60% ke US$ 77,94 per barel. Harga gas alam menguat 2,78% ke US$ 7,08 per mmbtu. Harga batubara kontrak Oktober 2022 di ICE Futures pada Senin (26/9) menguat menguat 3,10% ke US$ 422,90 per ton.
Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia hari ini melemah ke 113,64 setelah kemarin ditutup rekor 114,10, tertinggi dalam lebih dari 20 tahun.
Baca Juga: Permintaan Melemah, Laba Industri di China hingga Agustus Menyusut Makin Cepat
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, penguatan indeks dolar AS ke level tertinggi dalam 20 tahun turut melemahkan sebagian besar harga komoditas energi di awal pekan. Penurunan yang terjadi saat ini, kemungkinan bersifat sementara, mengingat musim dingin sudah di depan mata.
"Saham terkoreksi dalam, diikuti komoditas karena pasar sedang menghindari risiko (risk-off)," ucap Sutopo kepada Kontan.co.id, Selasa (27/9).
Pergantian musim yang dimulai pada akhir September ini biasanya memang membuat pasar memasuki siklus koreksi harga komoditas. Tapi, penurunan harga sudah dimulai empat bulan hingga lima bulan yang lalu karena agresi bank sentral untuk memerangi inflasi menimbulkan kekhawatiran.
Baca Juga: Waspada Koreksi IHSG Akibat Penguatan Dollar AS
"Dolar AS yang lebih mahal juga menjadi kendala dalam transaksi komoditas, meski baik bagi eksportir tetapi tidak dengan negara konsumen," imbuh dia.
Sutopo memperkirakan harga minyak WTI kemungkinan akan bertahan di sekitar level US$ 75 per barel hingga US$ 80 per barel. Sedangkan harga batubara masih akan bertahan di atas US$ 400 per metrik ton.
Sutopo mengatakan, harga batubara masih relatif menguat sebagai energi pengganti harga gas yang masih tinggi. Batubara menjadi pengganti imbas gangguan jalur pipa Nordstream 2.
Sedangkan harga minyak mendapat dukungan dari prospek suram untuk kesepakatan nuklir dengan Iran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News