kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,97   -24,76   -2.67%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah melonjak, Brent dekati US$ 70 per barel


Rabu, 05 Mei 2021 / 21:20 WIB
Harga minyak mentah melonjak, Brent dekati US$ 70 per barel
ILUSTRASI. Harga minyak menguat untuk tiga hari berturut-turut


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak mentah menguat pada hari ketiga karena pelonggaran lockdown di Amerika Serikat (AS) dan sebagian Eropa menandai peningkatan permintaan bahan bakar jelang musim panas. Hal ini mengimbangi kekhawatiran tentang meningkatnya infeksi Covid-19 di India dan Jepang.

Rabu (5/5) pukul 21.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2021 menguat 1% ke level US$ 69,57 per barel. 

Serupa harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2021 menanjak 0,9% menjadi US$ 66,30 per barel.

Kedua kontrak mencapai level tertinggi sejak pertengahan Maret dalam perdagangan harian pada hari ini.

"Penguatan minyak yang kembali ke US$ 70 per barel semakin mendekati kenyataan," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

"Lonjakan harga minyak terjadi di tengah ekspektasi permintaan yang kuat karena ekonomi di Barat dibuka kembali. Memang, antisipasi peningkatan penggunaan bahan bakar dan energi di Amerika Serikat dan Eropa selama musim panas berjalan tinggi," tambah dia. 

Di sisi lain, harga minyak mentah juga didukung oleh penurunan besar dalam persediaan AS.

Berdasarkan data American Petroleum Institute (API), stok minyak mentah turun 7,7 juta barel pada pekan yang berakhir 30 April. Jumlah itu lebih dari tiga kali lipat penurunan yang diharapkan oleh analis dalam disurvei yang dilakukan Reuters

Sementara itu, stok bensin di Negeri Paman Sam juga turun 5,3 juta barel pada periode yang sama. 

Baca Juga: Harga minyak memanas pada Rabu (5/5) pagi, imbas pelonggaran penguncian di AS

Kini investor menanti data Energy Information Administration (EIA) yang akan dirilis pada 10:30 EDT (14.30 GMT) untuk melihat apakah data resmi menunjukkan penurunan yang begitu besar.

"Jika dikonfirmasi oleh EIA, itu akan menandai penurunan mingguan terbesar dalam data resmi sejak akhir Januari," kata analis Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

Kenaikan harga minyak ke level tertinggi dalam hampir dua bulan ini juga didukung oleh peluncuran vaksin Covid-19 di Eropa dan AS, di mana lebih dari 40% orang dewasa di Negeri Paman Sam telah menerima vaksin.

Aktivitas bisnis di zona Eropa pun meningkat pada bulan lalu karena industri jasa yang dominan di blok itu mengabaikan penguncian baru dan kembali ke pertumbuhan.

"Pencabutan sebagian dari pembatasan mobilitas, ekspektasi bahwa pariwisata akan kembali dalam waktu dekat, dan iming-iming nilai psikologis penting ke level US$ 70 kemungkinan besar telah berkontribusi pada kenaikan harga," tambah analis Commerzbank Eugen Weinberg.

Sentimen positif itu telah mengimbangi penurunan permintaan bahan bakar di India, konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, yang sedang memerangi lonjakan infeksi COVID-19.

"Namun, jika kita akhirnya melihat penguncian nasional diberlakukan, ini kemungkinan akan memukul sentimen positif lainnya," kata analis ING Economics tentang situasi di India.

Data resmi India menunjukkan impor minyak negara itu pada Maret naik dari bulan sebelumnya, didukung oleh kenaikan dalam aktivitas ekonomi tetapi bisa terpukul lagi karena penguncian baru di importir minyak mentah terbesar ketiga di dunia tersebut.

Selanjutnya: Selain kontraksi ekonomi, simak sejumlah sentimen bagi IHSG tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×