Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah melemah pada penutupan perdagangan di awal pekan ini. Di mana Brent tergelincir dari level tertinggi lima bulan karena permintaan global tetap di bawah permintaan sebelum pandemi virus corona berlangsung. Di saat yang sama, harga si emas hitam tertekan oleh produksi minyak Amerika Serikat (AS) yang naik tipis.
Mengutip Reuters, Senin (31/8), harga minyak berjangka jenis Brent kontrak pengiriman November 2020 ditutup di US$ 45,28 per barel, turun 53 sen, atau 1,2%.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate kontrak pengiriman Oktober 2020 juga ditutup melemah 36 sen atau 0,8% ke US$ 42,61 per barel.
Baca Juga: Saudi Aramco menemukan dua ladang minyak dan gas baru
Walau koreksi, harga Brent masih menguat 7,5% sepanjang bulan Agustus. Ini jadi kenaikan harga bulanan kelima berturut-turut.
Sedangkan bagi harga minyak WTI yang naik 5,8% sepanjang bulan lalu, ini menjadi kenaikan bulanan keempat secara berturut-turut. Bahkan di bulan lalu, harga minyak WTI sempat cetak rekor tertingginya selama lima bulan di level US$ 43,78 per barel pada 26 Agustus, ketika Badai Laura melanda pesisir pantai AS.
Namun, tekanan bagi minyak tetap ada karena kelebihan pasokan bahan bakar. Ini terjadi walau sebagian besar negara di dunia ini sudah melakukan pelonggaran besar-besaran terhadap penguncian.
"Masalahnya, permintaan tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan nyata," kata John Kilduff, partner di Again Capital di New York.
Pada saat yang sama, Energy Information Administration melaporkan, produksi minyak AS naik 420.000 barel per hari pada Juni menjadi 10,44 juta barel per hari. Ini memberikan tekanan lebih lanjut pada harga.