kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga minyak mentah kembali mendidih, minyak Brent dan WTI naik 4% di Senin (2/3)


Senin, 02 Maret 2020 / 16:03 WIB
Harga minyak mentah kembali mendidih, minyak Brent dan WTI naik 4% di Senin (2/3)
ILUSTRASI. Harga minyak kembali rebound setelah OPEC+ berencana pangkas produksi dan bank sentral global berlomba-lomba beri stimulus


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah melonjak lebih dari 4% di awal pekan ini. Sentimen positif datang setelah adanya secercah harapan penurunan produksi dari anggota OPEC+ dan rencana stimulus dari bank sentral global untuk melawan kekhawatiran tentang kerusakan ekonomi akibat wabah virus corona.

Mengutip Reuters, Senin (2/3) pukul 15.30 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Mei 2020 di ICE Futures berada di US$ 51,91 per barel, naik US$ 2,24 atau menguat 4,5% dari penutupan Jumat (28/2) yang ada di level US$ 48,40, posisi terendah sejak Juli 2017.

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) mencapai titik terendah dalam 14 bulan di $ 43,32 per barel pada akhir pekan lalu. Lalu, pada Senin (2/3), harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2020 di Nymex berada di US$ 46,65, naik US$ 1,89, atau 4,2%.

Baca Juga: Harga minyak merosot ke level terendah dalam empat tahun terakhir

Harga kedua jenis minyak yang menjadi tolok ukur ini menandai kenaikan pertama setelah enam sesi sebelumnya menderita pelemahan di tengah kekhawatiran penyebaran virus corona. 

Virus corona, yang berasal dari China, telah membunuh hampir 3.000 orang diseluruh dunia dan mengguncang pasar global karena para investor bersiap dengan penurunan tajam pada pertumbuhan dunia. Bahkan, pekan lalu, bursa saham global menandai kekalahan terbesarnya sejak krisis keuangan 2008.

"Gangguan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kegiatan ekonomi di China telah membuat sekitar 4 juta barel per hari hilang akibat penurunan permintaan minyak. Posisi ini dibandingkan dengan 5 juta barel per hari selama resesi hebat di periode 2008 hingga 20009," Jeffery Currie, kepala penelitian komoditas global di Goldman Sachs.

"Dan kapasitas penyimpanan terbatas di Tiongkok - meskipun besar - cepat terisi, menghadirkan risiko penurunan lebih lanjut jika penyimpanan pada akhirnya dilanggar."



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×