Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Harga minyak naik pada awal perdagangan hari ini, di tengah meningkatnya. Hal ini karena ketegangan di Timur Tengah setelah panglima militer Israel mengatakan negaranya akan menanggapi serangan rudal dan drone Iran pada akhir pekan di tengah seruan sekutu untuk menahan diri.
Selasa (16/4) pukul 07.15 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2024 naik 46 sen atau 0,5% menjadi US$ 90,56 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei 2024 naik 43 sen atau 0,5% ke US$ 85,84 per barel.
Harga minyak mengakhiri sesi Senin (15/4) lebih rendah setelah serangan Iran terhadap Israel pada akhir pekan terbukti tidak terlalu merusak dibandingkan yang diperkirakan, yang pada awalnya mengurangi kekhawatiran akan konflik yang semakin intensif yang dapat menggantikan barel minyak mentah.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah Usai Serangan Iran ke Israel dan Data Ekonomi AS
Serangan tersebut, yang oleh Iran disebut sebagai pembalasan atas serangan udara terhadap konsulatnya di Damaskus, hanya menyebabkan kerusakan ringan, dengan rudal yang ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel.
Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin memanggil kabinet perangnya untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam. Hal tersebut untuk mempertimbangkan bagaimana bereaksi terhadap serangan langsung Iran yang pertama terhadap Israel, kata sumber pemerintah.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran pasar bahwa tindakan pembalasan dapat berdampak pada pasokan minyak.
Iran memproduksi lebih dari 3 juta barel minyak mentah per hari sebagai produsen utama dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Harga minyak acuan telah meningkat pada hari Jumat untuk mengantisipasi serangan balasan Iran, dengan harga melonjak ke level tertinggi sejak Oktober.
Baca Juga: Wall Street Anjlok: S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Melemah Lebih dari 1%
Di China, importir minyak terbesar dunia, angka produk domestik bruto resmi yang dirilis pada hari Selasa diperkirakan menunjukkan pertumbuhan melambat menjadi 4,6% tahun-ke-tahun dari 5,2% pada tiga bulan sebelumnya.
Hal ini akan mempertahankan tekanan pada pembuat kebijakan untuk mengungkap lebih banyak langkah stimulus ekonomi yang dapat meningkatkan harga minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News