Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat lagi setelah lonjakan di hari sebelumnya. Serangan Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap di Yaman menjadi penyulut kenaikan harga. Tetapi harga minyak masih tercatat turun dalam sepekan terakhir.
Jumat (12/1), harga minyak WTI kontrak Februari 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,92% ke US$ 72,68 per barel setelah menguat 0,91% di hari sebelumnya. Meski melonjak dua hari terakhir, harga minyak acuan Amerika ini tercatat turun 1,53% dalam sepekan.
Harga minyak Brent kontrak Maret 2024 di ICE Futures menguat 1,14% ke US$ 78,29 per barel setelah menguat 0,79% di hari sebelumnya. Harga minyak acuan internasional ini pun melemah 0,6% dalam sepekan terakhir.
Para analis memperingatkan bahwa volatilitas pasar minyak kemungkinan akan meningkat setelah serangan AS terhadap di Yaman.
Baca Juga: Dampak Serangan AS dan Inggris ke Houthi Yaman, Situasi Makin Memanas
Pesawat tempur, kapal, dan kapal selam AS dan Inggris melancarkan puluhan serangan udara di seluruh Yaman terhadap pasukan Houthi sebagai pembalasan atas serangan berbulan-bulan terhadap kapal-kapal Laut Merah yang dilakukan oleh para pejuang yang didukung Iran sebagai respons terhadap perang di Gaza.
Para saksi membenarkan adanya ledakan di pangkalan militer dekat bandara di ibu kota Sanaa dan kota ketiga Yaman, Taiz, pangkalan angkatan laut di pelabuhan utama Laut Merah Yaman, Hodeidah, dan lokasi militer di wilayah pesisir provinsi Hajjah.
“Serangan yang ditargetkan ini merupakan pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan mitra kami tidak akan menoleransi serangan terhadap personel kami atau membiarkan pihak yang bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi,” kata Presiden AS Joe Biden seperti dikutip Reuters.
Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan serangan pada Jumat dini hari itu menargetkan kemampuan Houthi dalam menyimpan, meluncurkan, dan mengarahkan rudal atau drone. Pentagon mengatakan serangan AS-Inggris mengurangi kapasitas Houthi untuk melancarkan serangan, terutama operasi kompleks seperti yang mereka lakukan pada awal pekan ini.
Militer AS mengatakan 60 sasaran di 28 lokasi telah diserang, menggunakan lebih dari 150 amunisi.
Baca Juga: Semakin Banyak Kapal Tanker Menghindari Laut Merah, Setelah AS-Inggris Serang Houthi
“Serangan udara terhadap sasaran Houthi di Yaman telah meningkatkan kecemasan [para pedagang],” kata Sophie Lund-Yates dari Hargreaves Lansdown kepada Business Insider. "Harga minyak pada akhir minggu ini diperkirakan tidak banyak berubah, namun risiko volatilitas telah meningkat secara signifikan."
Meskipun demikian, faktor-faktor di luar Timur Tengah juga mempengaruhi harga minyak mentah. Arab Saudi dan Rusia terus mengurangi produksi secara agresif dalam beberapa bulan terakhir dalam upaya untuk menopang harga, yang sempat anjlok pada kuartal terakhir tahun 2023 karena adanya perlambatan permintaan global.
Giovani Staunovo, ahli strategi komoditas di UBS memperkirakan, harga minyak Brent akan bertahan pada level saat ini di atas US$ 80 per barel. Tetapi dia menambahkan bahwa setiap premi risiko hanya akan bertahan jika ada gangguan pada pasokan minyak.
Serangan AS bisa mempunyai dampak yang lebih besar terhadap perdagangan global. Perusahaan pelayaran besar, termasuk Maersk dan MSC, telah mengalihkan kapal mereka menjauh dari Terusan Suez karena kehadiran Houthi di Laut Merah. Perkembangan pada hari Kamis ini dapat semakin mengganggu perdagangan internasional, menurut para ahli rantai pasokan.
Baca Juga: NATO: Serangan AS dan Inggris Terhadap Houthi Bersifat Defensif
“Ketakutan di pasar minyak adalah bahwa kawasan Timur Tengah berada pada jalur eskalasi yang tidak dapat diprediksi, dimana pada suatu saat nanti, pasokan minyak pada akhirnya akan hilang,” kata Bjarne Schieldrop, kepala analis komoditas di SEB bank kepada AFP.
Dia mencatat bahwa jika serangan AS-Inggris tidak berhasil menghancurkan senjata Houthi, dan kapal tanker minyak harus berkeliling Afrika. Sekitar 80 juta barel minyak akan terjebak dalam transit – sehingga menyebabkan harga naik hingga US$ 5-US$ 10 per barel.
Kelompok Houthi semakin banyak melakukan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, rute pelayaran internasional utama, sejak perang Gaza meletus pada bulan Oktober.
Serangan-serangan tersebut telah mempengaruhi arus perdagangan pada saat terbatasnya pasokan memberikan tekanan pada inflasi secara global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News