kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak melonjak 4,73% setelah Trump turun tangan


Kamis, 02 April 2020 / 07:34 WIB
Harga minyak melonjak 4,73% setelah Trump turun tangan
ILUSTRASI. Kemarin, harga minyak brent untuk pengiriman Juni 2020 di ICE Futures turun 6,11% ke US$ 24,74 per barel.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa Rusia dan Arab Saudi segera mencapai kesepakatan. Trump menambahkan, dia mengundang para eksekutif perusahaan minyak AS untuk mendiskusikan upaya untuk menopang industri di tengah pelemahan permintaan energi selama wabah virus corona.

Kamis (2/4) pukul 7.17 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 21,27 per barel, naik 4,73% ketimbang harga penutupan kemarin pada US$ 20,31 per barel.

Kemarin, harga minyak brent untuk pengiriman Juni 2020 di ICE Futures turun 6,11% ke US$ 24,74 per barel.

Baca Juga: Ekonomi global akan terkontraksi 2,2%, RI diramal selamat dari jurang resesi

"Saya akan bertemu dengan para produsen minyak pada Jumat dan produsen minyak independen pada Jumat atau Sabtu, mungkin Minggu. Kami akan ada banyak pertemuan,"  kata Trump seperti dikutip Reuters.

Trump mengatakan bahwa dia baru-baru ini berbicara dengan para pemimpin Saudi dan Rusia. Dia mengatakan bahwa kedua pihak akan mencapai kesepakatan dan mengakhiri perang harga dalam beberapa hari, menurunkan produksi dan meningkatkan harga.

"Industri minyak rusak. Ini sangat buruk untuk Rusia dan Saudi. In buruk untuk keduanya, dan saya pikir mereka akan mencapai kesepakatan," kata Trump.

Trump tidak menyebutkan bahwa penurunan harga minyak ini juga buruk bagi AS di tengah belanja yang membengkak akibat stimulus jumbo US$ 2 triliun. Sebagai informasi, perang harga antara Saudi dan Rusia menekan harga minyak dunia ke level US$ 20-an per barel.

Baca Juga: Peringatan Trump: Iran akan bayar mahal jika menyerang fasilitas AS di Irak

AS yang merupakan produsen minyak terbesar dunia saat ini terancam karena industri pengeboran yang booming hingga tahun lalu akan menghadapi kebangkrutan dan PHK masal. Oleh karena itu, pemerintah AS gusar untuk melindungi sektor ini. "Utang yang tinggi bisa menyebabkan produsen shale oil habis," kata Michael McCarthy, chief market strategist CMC Markets kepada Reuters.

American Petroleum Institute yang mewakili industri minyak dan gas AS mengatakan bahwa ketua asosiasi ini, Mike Sommers akan menghadiri pertemuan awal. Tapi, "Kami tidak meminta subsidi pemerintah atau intervensi untuk industri untuk mengatasi penurunan pasar saat ini,"  kata dia.

Sumber Reuters mengatakan bahwa pasokan minyak Saudi pada Rabu (1/4) mencapai lebih dari 12 juta barel per hari, sedikit di bawah level produksi AS yang mencapai 12,3 juta barel per hari.

Sebelumnya, Saudi mengatakan akan meningkatkan ekspor minyak menjadi sekitar 10 juta barel per hari. Tapi, negara penghasil minyak terbesar di OPEC ini tidak mengindikasikan berapa banyak minyak yang akan masuk simpanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×