Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak kembali melemah pada perdagangan hari ini dan menuju penurunan mingguan terbesar sejak bulan Mei 2021 karena ekspektasi lebih banyak pasokan yang ditakuti investor.
Jumat (16/7) pukul 13.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman September turun 20 sen menjadi US$ 73,27 per barel dan menuju penurunan 3% pada minggu ini.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 turun 19 sen menjadi US$ 71,46 per barel dan berada di jalur pelemahan sekitar 4% pada pekan ini, penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2021.
Diskusi tentang kebijakan pasokan dalam OPEC+, berakhir tanpa kesepakatan di awal bulan ini setelah Uni Emirat Arab (UEA) keberatan untuk memperpanjang kebijakan produksi di luar April 2022.
Namun, Arab Saudi dan UEA mencapai kompromi minggu ini, membuka jalan bagi OPEC+ untuk menyelesaikan kesepakatan yang akan memungkinkan lebih banyak pasokan ke pasar.
"Semua tanda menunjukkan bahwa OPEC+ sedang menuju kesepakatan kompromi potensial yang akan memungkinkan UEA untuk mengamankan penyesuaian dasar," kata analis RBC Capital dalam sebuah catatan.
"Produsen lain pasti akan mencari perlakuan serupa dan berpotensi memperpanjang pertimbangan menuju pertemuan tingkat menteri di bulan Agustus," lanjut RBC Capital.
Kamis (15/7), OPEC mengatakan, pihaknya memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat tahun depan ke sekitar level yang terlihat sebelum pandemi, sekitar 100 juta barel per hari (bph), dipimpin oleh pertumbuhan permintaan di Amerika Serikat, China dan India.
Baca Juga: Harga minyak stabil di tengah hari ini usai dua hari berturut-turut anjlok
Produksi OPEC pada Juni meningkat 590.000 barel per hari menjadi 26,03 juta barel per hari, laporan itu menunjukkan.
"Output akan meningkat lebih lanjut pada Juli didukung kuota yang lebih besar, dan kami memperkirakan harga tinggi akan mendorong lebih banyak produksi dari grup bahkan tanpa kesepakatan formal untuk melakukannya," kata Capital Economics dalam sebuah catatan.
Penurunan besar dalam stok minyak mentah di Amerika Serikat tidak banyak membantu mendukung harga karena kenaikan persediaan bensin dalam seminggu termasuk libur 4 Juli, ketika biasanya melonjak, meningkatkan kekhawatiran permintaan baru.
Sementara itu, JPM Commodities Research memperkirakan, permintaan global untuk minyak pada Juli dan Agustus berada kira-kira 1,7% di bawah level pada tahun 2019.
"Kami pikir untuk mendapatkan kembali permintaan terakhir yang hilang ini (sebagian besar adalah bahan bakar jet) secara berkelanjutan masih akan memakan waktu karena cuaca yang lebih dingin mulai datang di belahan bumi utara dan musim perjalanan puncak sudah berlalu," kata JPM.
Meskipun demikian, broker mempertahankan perkiraannya untuk Brent rata-rata di US$ 76 per barel pada kuartal III-2021 dan bisa mencapai US$ 80 per barel pada kuartal IV-2021.
Selanjutnya: Kementerian Investasi tawarkan 25 proyek, bisa hemat dana investor minimal Rp 1 M
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News