kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga minyak melambung jelang berlakunya sanksi Iran


Sabtu, 27 Oktober 2018 / 11:42 WIB
Harga minyak melambung jelang berlakunya sanksi Iran
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Jumat (26/10), ditopang menipisnya pasokan global setelah sanksi terhadap Iran berlaku pekan depan. Namun, kejatuhan pasar saham, dan kekhawatiran akan perang dagang bisa meredupkan prospek permintaan minyak ke depan.

Harga minyak Brent di pasar berjangka bertambah 73 sen atau 1% dan ditutup di level US$ 77,52 per barel. Minyak acuan global ini mengalami penurunan hampir 2,7% dan kehilangan US$ 10 dalam tiga pekan.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 26 sen atau 0,4% menjadi US$ 65,79 per barel. Dalam sepekan, harga minyak light AS ini turun 2,3%. 

Harga minyak mendapat sokongan setelah dua sumber menyebutkan, Irak akan menghentikan pengiriman minyak dari kawasan Kirkuk utara ke Iran pada November mendatang, mengikut sanksi yang diajukan AS. 

Washington sebelumnya mengingkan penjualan minyak Iran menjadi nol. Meski tidak mungkin terjadi sepenuhnya, penurunan pembelian dari pelanggan utama China, misalnya, akan memaksa Teheran mengandangkan lagi minyaknya. 

Di sisi lain, prospek permintaan minyak mentah malah meredup seiring dengan kondisi ekonomi global. Dikhawatirkan, perang dagang antara AS-China turut melukai hubungan dagang global.

"Jika permintaan global berkontraksi lebih dalam dibanding yang kita perkirakan, hal ini tidak akan baik karena PDB dan permintaan minyak sangat berkolerasi," kata Stewart Glickman, energy equity analyst di CFRA Research.

Tetapi, pasokan minyak diperkirakan tetap berlimpah. Gubernur OPEC dari Arab Saudi memperkirakan, pasokan minyakakan berlimpah pada kuartal keempat tahun ini. Saudi menyebut, kemungkinan diperlukan intervensi untuk memangkas pasokan minyak ini. 

Sedangkan produksi Amerika Serikat (AS) juga naik, dan diperkirakan menyentuh rekor tertinggi sejak tahun 1970.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×