CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.921   -96,00   -0,61%
  • IDX 7.265   -43,93   -0,60%
  • KOMPAS100 1.110   -7,05   -0,63%
  • LQ45 882   -4,88   -0,55%
  • ISSI 220   -1,23   -0,55%
  • IDX30 452   -2,51   -0,55%
  • IDXHIDIV20 543   -3,46   -0,63%
  • IDX80 127   -0,89   -0,69%
  • IDXV30 136   -1,58   -1,15%
  • IDXQ30 150   -1,01   -0,67%

Harga Minyak Masih Kokoh Setelah Menguat Enam Bulan Beruntun


Rabu, 01 Juni 2022 / 08:28 WIB
Harga Minyak Masih Kokoh Setelah Menguat Enam Bulan Beruntun
ILUSTRASI. Rabu (1/5) pukul 8.15 WIB, harga minyak WTI kontrak Juli 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 0,76% ke US$ 115,54 per barel.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak masih menguat di hari pertama bulan Juni. Rabu (1/5) pukul 8.15 WIB, harga minyak WTI kontrak Juli 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 0,76% ke US$ 115,54 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 di ICE Futures menguat 0,85% ke US$ 116,58 per barel. Harga minyak WTI dan Brent masing-masing menguat 11,39% dan 9,62% sepanjang bulan Mei. 

Meski menguat, harga minyak dibayangi kabar bahwa beberapa produsen sedang menjajaki gagasan untuk menangguhkan partisipasi Rusia dalam kesepakatan produksi OPEC+. Wall Street Journal melaporkan, beberapa anggota Teluk telah mulai merencanakan peningkatan produksi dalam beberapa bulan ke depan meskipun tidak ada dorongan formal bagi OPEC untuk memompa lebih banyak minyak untuk menebus potensi kekurangan Rusia.

Baca Juga: Harga Emas Turun Tipis Setelah Mencatat Penurunan Lebih Dari 3% pada Mei

“Penangguhan Rusia dari OPEC+ bisa menjadi cikal bakal Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memanfaatkan kapasitas produksi cadangan mereka, karena mereka akan merasa tidak lagi memiliki kesepakatan kuota produksi yang perlu mengakui kepentingan Rusia,” kata Andrew Lipow dari Lipow Oil Associates di Houston kepada Reuters.

OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, telah membuka rekor pengurangan produksi sejak pandemi Covid-19 terjadi pada tahun 2020. Berdasarkan kesepakatan yang dicapai pada Juli tahun lalu, kelompok ini akan meningkatkan target produksi sebesar 432.000 barel per hari setiap bulan sampai akhir September 2022.

Namun, produksi minyak mentah Rusia pada April turun hampir 9% dari bulan sebelumnya, menurut laporan internal OPEC+ bulan ini.

Baca Juga: Wall Street Turun pada Selasa (31/5) Setelah Reli Pekan Lalu

Harga minyak telah mencatat kenaikan dalam enam bulan berturut-turut. Pada periode tersebut, harga minyak mengakumulasi kenaikan lebih dari 70%.

Harga minyak menguat setelah Uni Eropa menyetujui larangan parsial dan bertahap pada minyak Rusia. Para pemimpin Uni Eropa pada prinsipnya sepakat untuk memotong 90% impor minyak dari Rusia. Ini adalah sanksi terberat blok Eropa terhadap Rusia sejak invasi ke Ukraina tiga bulan lalu.

Setelah sepenuhnya diadopsi, sanksi terhadap minyak mentah akan bertahap dalam lebih dari enam bulan dan pada produk olahan selama delapan bulan. 

Baca Juga: Inflasi Tinggi Terus Menguras Dompet Orang-orang Amerika, Biden & Powell Akan Bertemu

Alasan penguatan harga minyak lainnya, China memutuskan untuk mencabut beberapa pembatasan Covid-19 dan musim mengemudi musim panas AS dimulai. Shanghai mengumumkan berakhirnya penguncian Covid-19. Pembukaan lockdown ini akan memungkinkan orang-orang di kota terbesar China untuk meninggalkan rumah mereka dan mengendarai mobil mereka mulai Rabu.

Dari AS, produksi minyak mentah naik pada Maret lebih dari 3% menjadi 11,7 juta barel per hari, tertinggi sejak November. Namun, pemulihan produksi dari dampak pandemi masih cenderung lambat dan masih jauh di bawah rekor tertinggi 12,3 juta barel per hari pada 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×