kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga Minyak Masih Berpotensi Rebound, Simak Faktor Pendorongnya


Kamis, 08 Agustus 2024 / 20:05 WIB
Harga Minyak Masih Berpotensi Rebound, Simak Faktor Pendorongnya
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A 3D-printed oil pump jack is placed on dollar banknotes in this illustration picture, April 14, 2020. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia berpotensi rebound terbatas. Memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah hingga penurunan stok minyak di Amerika Serikat menjadi pendorongnya.

Berdasarkan Trading Economics, harga minyak WTI berada di US$ 75,33 per barel pada Kamis (8/8) pukul 19.33 WIB. Dalam 24 jam terakhir, harganya naik 0,22%, melanjutkan kenaikan 2% di hari sebelumnya.

Research and Development ICDX, Yoga Tirta mengatakan bahwa penguatan harga minyak dipicu oleh peningkatan tensi geopolitik di wilayah Timur Tengah.

"Meski demikian, rilisnya data terbaru yang mengisyaratkan sinyal melemahnya permintaan di China membatasi kenaikan harga lebih lanjut," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Terus Naik Kamis (8/8) Siang, WTI ke US$75,39 Per Barel

Sinyal peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah terlihat dari intensitas serangan di Gaza yang kembali meningkat, ditandai oleh perintah evakuasi baru yang dikeluarkan pada hari Rabu oleh pasukan Israel ke warga Palestina di wilayah Gaza Utara. Lalu, dari otoritas Inggris dan Mesir yang pada hari Rabu mengeluarkan himbauan kepada maskapai penerbangannya untuk menghindari wilayah udara Iran dan Lebanon, menyusul langkah serupa yang dilakukan oleh banyak maskapai penerbangan di seluruh dunia.

Sementara itu, berdasarkan data yang dirilis oleh Administrasi Umum Bea Cukai, impor minyak mentah harian China di bulan Juli mencapai 42,34 juta ton atau sekitar 9,97 juta bph. Hal itu sekaligus menandai level terendah sejak September 2022.

Jumlah impor minyak mentah China turun hampir 12% dari bulan sebelumnya dan 3% di bawah jumlah tahun lalu, ungkap data yang sama. Di sisi ekspor juga mengalami pelemahan, untuk bulan Juli tercatat ekspor produk turunan minyak mencapai 4,98 juta ton atau turun 7% dibanding 5,37 juta ton pada bulan Juni.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Volatil Disetir Potensi Resesi AS dan Perang Timteng

Dari sisi pasokan, Badan Statistik EIA pada Rabu malam melaporkan stok minyak mentah AS dalam sepekan turun sebesar 3,7 juta barel. Hasil itu melebihi dugaan awal yang memperkirakan penurunan sebesar 400 ribu barel untuk penutupan pekan yang berakhir 2 Agustus.

Meski demikian, stok bensin dilaporkan naik sebesar 1,3 juta barel, di luar dugaan awal yang memperkirakan terjadi penurunan sebesar 1,8 juta barel. "Laporan EIA tersebut mengindikasikan aktivitas penyulingan di AS yang meningkat, namun permintaan bahan bakar mengalami penurunan," jelasnya.

Dengan berbagai hal itu, Yoga menilai, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 78 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 73 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×