kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Makin Mendidih ke US$ 106 per Barel


Rabu, 02 Maret 2022 / 07:27 WIB
Harga Minyak Makin Mendidih ke US$ 106 per Barel
ILUSTRASI. Harga minyak WTI naik menguat 2,32% setelah kemarin melonjak 8,03%.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak makin panas. Rabu (2/3) pukul 7.15 WIB, harga minyak WTI kontrak April 2022 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 106,02 per barel, menguat 2,32% setelah kemarin melonjak 8,03%.

Kemarin, harga minyak Brent kontrak Mei 2022 di ICE Futures naik 7,14% ke US$ 104,97 per barel. Dalam perdagangan intraday, Brent mencapai tertinggi sejak Juli 2014 dan WTI tertinggi sejak Juni 2014. Selain minyak mentah, minyak pemanas AS dan bensin berjangka juga mencapai tertinggi sejak 2014.

Harga minyak menguat dalam tiga hari perdagangan sejak awal pekan karena konflik Barat dan Rusia setelah ada serangan ke Ukraina makin panas. Rencana pelepasan cadangan minyak oleh sejumlah negara besar tak mampu menahan laju kenaikan harga komoditas energi ini.

Baca Juga: Harga Emas Berada di US$ 1.942, Paladium Terus Melesat Akibat Serangan Rusia

Harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak 2014, karena kesepakatan global untuk melepaskan cadangan minyak mentah gagal menenangkan kekhawatiran tentang gangguan pasokan dari invasi Rusia ke Ukraina. Anggota Badan Energi Internasional (IEA), yang mencakup Amerika Serikat dan Jepang, setuju untuk melepaskan 60 juta barel minyak mentah dari cadangan mereka untuk mencoba meredam kenaikan tajam harga yang mendorong benchmark utama melewati US$ 100 per barel.

Namun, berita pelepasan cadangan yang setara dengan konsumsi minyak dunia selama kurang dari satu hari, hanya memperbesar ketakutan pasar bahwa pasokan tidak akan cukup untuk menutupi gangguan yang berkembang.

American Petroleum Institute, sebuah kelompok industri, mengatakan stok minyak mentah AS turun lebih dari 6 juta barel dalam minggu terakhir.

Baca Juga: Lonjakan Harga Komoditas Akan Mempengaruhi Bisnis Pelaku Usaha Pangan Domestik

Sanksi yang dipimpin AS terhadap Rusia membebaskan sektor energi. Tetapi para pedagang menghindari perdagangan barel Rusia, yang mengarah pada diskon besar untuk minyak dan memperketat pasokan untuk jenis minyak mentah lainnya. Di berbagai pasar, kadar minyak yang berbeda di Timur Tengah dan di tempat lain melonjak.

"Minyak menguat karena kekhawatiran," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York kepada Reuters. Dia mengatakan para pedagang kecewa dengan besarnya pelepasan cadangan strategis.

Perusahaan pelayaran terbesar di dunia, AP Moeller-Maersk A/S, menghentikan pergerakan peti kemas ke dan dari Rusia. Sementara Inggris telah melarang semua kapal dengan koneksi Rusia memasuki pelabuhan.

Baca Juga: Kontrak Minyak dan Emas di ICDX Melonjak Imbas Perang Rusia - Ukraina

Perusahaan minyak dan gas besar, termasuk BP dan Shell PLC, telah mengumumkan rencana untuk keluar dari operasi dan usaha patungan Rusia. TotalEnergies SA mengatakan tidak akan menginvestasikan modal lebih lanjut dalam operasinya di Rusia.

Pemasok minyak global terbesar, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, belum mengisyaratkan keinginan untuk meningkatkan produksi melebihi perkiraan kenaikan 400.000 barel per hari (bph) pada bulan April, meskipun ada permohonan dari AS dan lain-lain. Kelompok ini akan bertemu pada hari Rabu untuk pertemuan bulanan.

"Janji OPEC+ untuk meningkatkan pasokan sejauh ini merupakan janji tertulis," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy. Dia mencatat bahwa anggota kesepakatan OPEC+ yang berpartisipasi memproduksi sekitar 800.000 barel per hari di bawah level target yang dinyatakan, semakin menekan pasokan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×