Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak terus menguat pada perdagangan awal pekan ini. Ini membawa harga minyak acuan untuk penguatan bulanan, dengan Brent membukukan kenaikan bulanan kelima secara berturut-turut. Sejumlah stimulus global yang dilakukan negara-negara utama mendukung harga bahkan ketika permintaan berjuang untuk kembali ke level sebelum pandemi Covid-19 berlangsung.
Mengutip Reuters, Senin (31/8) pukul 11.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman November 2020 naik 29 sen menjadi US$ 46,10 per barel.
Sementara, minyak mentah jenis West Texas Intermediate kontrak pengiriman Oktober 2020 menguat 17 sen ke $ 43,14 per barel.
Baca Juga: Harga minyak mentah bullish, Brent menuju penguatan bulan kelima berturut-turut
Jika dapat mempertahankan posisi saat ini, harga minyak Brent dan WTI akan menutup bulan Agustus dengan penguatan. Brent bakal mencetak penguatan untuk bulan kelima secara berturut-turut. Di bulan ini, harga minyak Brent sempat mencapai puncaknya di US$ 46,23 per barel pada 5 Agustus lalu. Itu juga level tertinggi sejak bulan Maret lalu.
Hal yang sama terjadi pada WTI, yang juga berada di jalur untuk kenaikan bulanan keempat. Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini sempat mencapai US$ 43,78 per barel pada 26 Agustus ketika Badai Laura melanda Teluk Meksiko.
Pasar minyak sebagian besar mengabaikan dampak badai pada hari Jumat karena perusahaan energi melanjutkan upaya untuk memulihkan operasi di anjungan lepas pantai Teluk Meksiko dan kilang yang ditutup sebelum badai melanda.
Selain itu, indeks dolar AS yang kembali lemah telah mendukung harga minyak meskipun permintaan bahan bakar telah berjuang untuk pulih di tengah pandemi virus corona. Padahal di saat yang sama, pasokan tetap berlebihan, meskipun minyak mentah mungkin menghadapi rintangan di masa mendatang.
"Kami percaya bahwa dampak dolar AS yang lebih murah dari level saat ini akan melihat dampak minimal pada pembelian minyak mentah, terlepas dari harga minyak mentah yang sedikit lebih menguntungkan," kata Mike Tran dari RBC Capital dalam catatan.
"Hubungan antara permintaan dan elastisitas harga menjadi tumpul di lingkungan saat ini, karena minyak sudah murah dan tersedia dan saat ini terdapat kelangkaan pembeli," tambah dia.
Sementara itu, data Refinitiv dan Vortexa menunjukkan, impor minyak mentah China pada bulan September akan turun untuk pertama kalinya dalam lima bulan karena rekor volume minyak mentah disimpan di dalam dan di luar importir terbesar dunia tersebut.
Baca Juga: Harga emas naik 0,32% ke level US$ 1.971 per ons troi di pasar spot
Merefleksikan kekhawatiran tentang meningkatnya pasokan dan pemulihan ekonomi global yang lamban, hedge fund dan pengelola uang memangkas taruhan bullish pada minyak mentah AS ke level terendah dalam hampir empat bulan.
Harga minyak dan gas yang lebih tinggi juga mendorong produsen AS untuk melanjutkan pengeboran karena jumlah rig minyak dan gas negara itu naik tiga menjadi 254 pada Agustus, menurut data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Secara terpisah, Saudi Aramco menemukan dua ladang minyak dan gas baru di wilayah utara, kata menteri energi kerajaan pada hari Minggu, kantor berita negara SPA melaporkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News