Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia masih dalam tren penurunan. Ekonomi China dan rilis data inflasi dari Amerika Serikat (AS) dan India menjadi katalisnya. Mengutip data Trading Economics Rabu (13/12) pada pukul 14.27 WIB, harga minyak mentah berada di US$ 68,11 per BBl. Sementara minyak Brent di posisi US$ 72,79 per BBl.
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, harga minyak mencerminkan kekhawatiran terkait pelemahan ekonomi di China dan antisipasi menjelang rilis data inflasi utama dari AS dan India.
Ia melihat China semakin tergelincir ke dalam disinflasi pada bulan November, menambah kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi hanya beberapa hari setelah data menunjukkan penurunan impor minyak China, mencerminkan perlambatan pertumbuhan yang merugikan permintaan negara ini terhadap minyak.
Menurutnya, pasar saat ini menunggu data inflasi utama dari AS dan India yang dijadwalkan dirilis hari ini.
Baca Juga: Harga Minyak Berusaha Rebound Rabu (13/12) Pagi, Data Persediaan Minyak AS Turun
"Inflasi Consumer Price Index (CPI) AS diperkirakan mengalami penurunan, meskipun tetap di atas target tahunan Federal Reserve sebesar 2%," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (13/12).
Sambungnya, kondisi inflasi dapat memengaruhi pandangan The Fed terhadap suku bunga pada tahun 2024. Ini menciptakan ketidakpastian terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga di awal tahun.
Ketidakpastian akan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi beban bagi harga minyak. Trader khawatir bahwa kondisi ekonomi yang terbatas akan menggerus permintaan bahan bakar, yang terlihat dari penurunan permintaan bahan bakar di AS dalam beberapa minggu terakhir.
Kondisi moneter global yang ketat dan pemangkasan produksi yang kurang memuaskan dari OPEC+ menandakan bahwa pasar akan tetap kurang ketat pada awal 2024 dari perkiraan sebelumnya. Fischer menyampaikan, kondisi pasar minyak saat ini menunjukkan kecenderungan penurunan yang lebih signifikan.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun 3%, Memperpanjang Kerugian Setelah Data Inflasi AS
Ia menilai, pemangkasan produksi yang mengecewakan dari OPEC+ menjadi faktor kunci dalam perubahan prediksi ini.
"Pasar terlihat kurang ketat pada awal 2024 daripada yang diperkirakan sebelumnya, dan prospek jangka pendek untuk minyak tetap suram," tutup Fischer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News