kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak ditutup menguat di tengah ekspektasi stimulus besar dari Biden


Kamis, 21 Januari 2021 / 06:28 WIB
Harga minyak ditutup menguat di tengah ekspektasi stimulus besar dari Biden
ILUSTRASI. harga minyak acuan kompak menguat


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan hari Rabu di tengah ekspektasi bahwa pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan memberikan stimulus besar. Hal ini dianggap dapat mengangkat permintaan bahan bakar dan memberlakukan kebijakan yang dapat memperketat pasokan minyak mentah.

Rabu (20/1), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2021 ditutup di level US$ 56,08 per barel, naik 18 sen. 

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2021 juga menguat 26 sen menjadi US$ 53,24 per barel. 

Penguatan harga minyak acuan terjadi setelah pasar berharap Biden, akan segera mengambil tindakan untuk mengekang industri minyak AS, termasuk rencana kembali pada kesepakatan iklim Paris, membatalkan izin untuk pipa minyak mentah Keystone XL dan menghentikan pengeboran yang direncanakan di Arktik. 

Baca Juga: Harga minyak WTI naik ke US$ 53,35 per barel pada Selasa (20/1) siang

Namun, harga minyak sedikit tertekan jelang penutupan usai kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan data bahwa stok minyak mentah AS secara tak terduga naik di pekan lalu. 

Data API memperlihatkan, stok minyak AS membengkak 2,6 juta barel menjadi sekitar 487,1 juta barel pada pekan yang berakhir pada 15 Januari lalu.

Sementara itu, data resmi pemerintah AS baru keluar pada Jumat (22/1).

Sebelumnya, keperkasaan harga minyak datang setelah calon Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Selasa (19/1) mendesak anggota parlemen untuk melakukan gebrakan besar pada pengeluaran bantuan pandemi.

"Ada harapan baru tentang stimulus, secara keseluruhan kini harga bergerak maju dan permintaan akan meningkat," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Secara global, pasokan telah diperketat dari rekor penurunan produksi tahun lalu oleh OPEC dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, membantu mengangkat harga dari posisi terendah dalam sejarah.

Bulan ini, Brent mencapai level tertinggi 11-bulan saat menyentuh US$ 57,42 per barel, dibantu oleh Arab Saudi yang berjanji untuk melakukan pemotongan tambahan secara sukarela dan sebagian besar anggota OPEC+ setuju untuk menjaga produksi stabil pada bulan Februari.

Baca Juga: Harga emas spot menguat lebih dari 1% berkat optimisme pemerintahan Biden

Tindakan yang diharapkan untuk mendorong pengurangan karbon, jika mereka membatasi pasokan, juga dapat meningkatkan harga.

"Saya pikir pemerintahan Biden pada hari pertama memperjelas bahwa ada sheriff baru di kota dan kami akan kembali ke kebijakan yang pro-energi hijau dan bahan bakar anti-fosil," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. 

"Ini akan berarti harga yang lebih tinggi dan pasar mulai menilai dalam kenyataan itu."

Selanjutnya: Wall Street ditutup pada rekor tertinggi dengan saham Netflix melonjak 16%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×