kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Harga Minyak Diprediksi Stabil, Berikut Sentimen Penggeraknya


Kamis, 29 Agustus 2024 / 11:28 WIB
Harga Minyak Diprediksi Stabil, Berikut Sentimen Penggeraknya
ILUSTRASI. Pergerakan harga minyak diperkirakan cenderung stabil setelah mengalami fluktuasi dalam beberapa hari terakhir. REUTERS/Christian Hartmann/File Photo


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga minyak diperkirakan cenderung stabil setelah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Penarikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih kecil dari perkiraan hingga gangguan pasokan dari Libya menjadi penggerak harga.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mengatakan, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tercatat naik tipis atau 0,1%, menjadi US$ 74,60 per barel pada perdagangan Kamis pagi.

Meskipun demikian, kontrak minyak ini telah mengalami penurunan lebih dari 1% pada hari Rabu sebelumnya. Penurunan ini terjadi setelah data menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun hanya sebesar 846.000 barel menjadi 425,2 juta barel, lebih rendah dari ekspektasi para analis yang memproyeksikan penurunan sebesar 2,3 juta barel.

Baca Juga: Harga Minyak Stabil di Pagi Ini, Brent ke US$ 78,6 dan WTI ke US$ 74,6 per Barel

Menurut Andy, penarikan persediaan yang lebih kecil ini menambah tekanan pada harga minyak, terutama di tengah kekhawatiran yang terus berlanjut atas permintaan dari China. 
"Ketidakpastian terkait permintaan dari negara ini membuat para pelaku pasar cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil posisi," tulisnya dalam riset, Kamis (29/8).

Di sisi lain, gangguan pasokan dari Libya menjadi salah satu elemen yang menahan penurunan harga lebih lanjut. Sejumlah ladang minyak di Libya telah menghentikan produksi di tengah perebutan kendali atas bank sentral negara itu.

Diperkirakan, gangguan produksi ini mencapai antara 900.000 hingga 1 juta barel per hari selama beberapa minggu mendatang. Masalah di sisi pasokan ini menambah ketidakpastian di pasar, terutama karena produksi Libya telah berkurang lebih dari setengahnya minggu ini akibat pertikaian politik yang semakin memanas.

"Masalah pasokan dari Libya memang memberi dukungan pada harga, namun dengan tren bullish yang semakin memudar, investor perlu mewaspadai potensi penurunan harga lebih lanjut," sambungnya.

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Turun 1%, Stok Minyak Mentah AS Turun Lebih Rendah dari Proyeksi

Melihat kondisi saat ini, Andy Nugraha memperkirakan bahwa harga minyak WTI berpotensi turun hingga ke level US$ 73,5 per barel dalam waktu dekat. 

Namun, Andy juga mencatat bahwa jika harga minyak berhasil rebound dari level support tersebut, maka potensi kenaikan kembali bisa terjadi.

"Jika harga gagal turun dan justru melakukan rebound, maka kenaikannya bisa mencapai $75,4 sebagai target terdekat," sebutnya.

Selain itu, harapan bahwa bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga bulan depan juga dapat memberikan dukungan tambahan bagi harga minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×