kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga minyak dilanda aksi ambil untung


Rabu, 17 Januari 2018 / 07:54 WIB
Harga minyak dilanda aksi ambil untung
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pasar minyak mentah dilanda aksi ambil untung alias profit taking. Alhasil, harga minyak tumbang dari posisi tertinggi tiga tahun pada perdagangan Selasa (16/1) waktu Amerika Serikat.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah  West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange ditutup turun 57 sen menjadi US$ 63,73 per barel. Pada awal perdagangan, harganya sempat menyentuh level tertinggi yang dicetak pada Desember 2014 silam di US$ 64,89 sebarel.

Sementara, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret di London ICE Futures Exchange turun 1,5% ke posisi US$ 69,15 per barel

Pelaku pasar merealisasikan keuntungan setelah reli panjang harga minyak. Pengendalian pasokan OPEC dan Rusia telah menyangga harga minyak sejak tahun lalu. Morgan Stanley dan Bank of America Merrill Lynch sudah menaikkan proyeksi harga minyak mentah.

Permintaan juga cukup kuat di tengah pertumbuhan ekonomi yang sehat. Impor minyak ke India, konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, meningkat sekitar 1,8% pada 2017 menjadi 4,37 juta barel per hari. India meningkatkan pembelian untuk memenuhi ekspansi kapasitas penyulingan.

Sebagian besar analis dan pelaku pasar mengatakan, harga minyak memang rentan aksi ambil untung, karena hedge fund telah menghimpun sejumlah rekor bullish pada minyak mentah AS.

"Kami melihat harga terlalu panas, dan akan turun lebih rendah," kata Societe Generale dalam sebuah catatan seperti dilansir CNBC. "Kami percaya bahwa situasi saat ini, dengan penguatan fundamental, non-fundamental, dan geopolitik pada saat bersamaan, tidak berkelanjutan," lanjutnya.

Saat ini, produksi minyak AS terhenti karena cuaca dingin. Namun, para analis memperkirakan produksi AS akan segera akan menembus 10 juta barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×